Semesta dan Awan

144 10 2
                                    

Sengaja hari ini, aku menunggu di depan kelasku. Kamu tak kunjung datang, buatku gelisah. Bahkan sudah hampir satu jam aku disini, berangkat sejak petang berteman dengan embun di dedaunan.

Sudah hampir sebulan kulakukan rutinitasku ini. Ku abaikan sarapan pagi, terbangun sangat awal. Tentu saja, hanya untuk melihatmu.

Akhirnya dapat ku lihat juga. Kau berlari menuju kelasmu, dapat ku lihat jelas dari sini. Oh ayolah, bahkan sedikitpun tak kau sisihkan senyuman untukku.

Helaian rambut yang terbawa angin dan membuatnya berantakan. Sungguh, adakah lagi yang lebih menawan? Ku rasa tidak, kamu nyaris sempurna. Sepasang mata tajammu, senyum tipismu, semua tentangmu aku suka. Ralat. Sangat-sangat suka.

Selalu terpatri di benakku saat kamu tertawa hingga kedua matamu melengkung selayaknya bulan sabit.

Seperti yang sudah-sudah, sebelum memasuki kelasmu, kau menatapku lama. Aku tak bergeming, menikmati desiran aneh pada diriku.

Hanya beberapa saat bertahan, kau berlalu dan aku terpaku.

Kamu, ialah awan dengan piraunya. Tak tentu hitam atau putih, buatku terjebak dalam kebingunganku sendiri.

Kau dengan tatapanmu, aku dengan tatapanku. Kita bertemu dalam arus ilusi.

Pulang (Aksara Rindu Di Detak Jantungmu)Where stories live. Discover now