Semesta dan Angin

109 7 1
                                    

Angin menderu. Menghapus jejak keringat di pelipismu. Kau masih asyik dengan duniamu. Memantul-mantulkan bola orange tanpa memperdulikan keadaan sekitar.

Kau lelah. Tentu saja. Tapi senyum kecil tercetak jelas diwajah tampanmu itu. Kau tersenyum puas saat berhasil mencetak score.

Ku alihkan pandanganku pada jam yang melingkar di pergelangan tanganku ini. Sudah pukul 4. Aku harus segera pulang. Padahal, aku masih ingin melihatmu lebih lama lagi. Aku segera berpamitan pada teman-temanku. Saat hendak keluar dari lapangan, salah satu temanku memanggil. Ia membisikkan sesuatu padaku, "Samudra Biru lihat kamu mulu. Coba deh, lihat ke belakang."

Jantungku berpacu begitu cepatnya. Ku tolehkan pandanganku padanya, benar. Ia melihatku dan tatapan kita lagi-lagi bertemu. Waktu seakan terhenti. Tepat di kedua matamu, aku terhanyut. Hingga aku tak sadar aku sudah terlalu dalam tenggelam.

Lewat angin juga tatapmu, kusampaikan bait sejuta rindu. Masih untukmu. Samudra Biruku.

Pulang (Aksara Rindu Di Detak Jantungmu)Where stories live. Discover now