Sebelas

437 67 9
                                    

"Ilusi atau kenyataan? Aku berada di ambang keputusasaan, [Name] maukah kau memberi jawabanmu sekarang?"

***

"Ya ya ya, jawaban ya...jawaban apa kampret?!" kau menjerit, menghentak hentakan kakimu kesal di lantai.

Perempatan siku siku ganda muncul di dahi dan peluh yang terus menetes menghiasi wajah merahmu.

Ingin rasanya kau menyobek langsung surat dan amplopnya itu—

Breeekk!!

—dan ya...kau melakukannya.

Puas rasanya.

Robekan kertas pun kau letakkan kembali dalam laci-----karena hanya kau robek menjadi dua. Sebenarnya kau ingin merobeknya menjadi potongan kecil, tapi tidak. Kau yang tidak suka beberes tidak akan melakukannya.

Kau berniat untung melaporkan kejadian ini pada kepala sekolah, dan itu berarti kau harus merelakan jabatanmu sebagai "kepala berandal" karena tidak bisa mengatasi surat teror sendiri.

Jelas sekali, menyayangkan hal itu kau tidak mau melakukannya.

Menghela napas, kau membalikkan badan dan menabarak seseorang-----coretdadabidangnyacoret.

Mendangak, kau melihat seseorang yang kau kenal, "Daiki!" kau membentaknya.

"Apaan sih [Name]? Berisik" Aomine membalas sambil melaluimu.

Kau menghiraukan dan kembali berjalan pulang ke rumah, berdecak kesal menghadapi surat teror di hari ke-11 ini.

~•~•~•~

Haeh gaess, maapkan Yuzu yang lupa apdet yak :( dan chapter ini juga gajelas...

Maaappp ;-;

letters | aomine daiki.Where stories live. Discover now