Extra Part

530 71 35
                                    

"Jadi kau belum menguak identitsku, [Name]? Sebegitu bodohnya kah dirimu? Kalau begitu, rangkailah namaku dari setiap huruf pertama dalam surat yang kutulis dan temui aku di atap sepulang sekolah, bodoh."

***

Whuush!

Angin berhembus membangunkanmu dari tidur. Entah, tapi tiba tiba saja dalam mimpi pun kau bisa mengingat tentang surat tadi pagi yang kau terima di loker. Kau belum membuka suratnya sampak sekarang, karena faktanya kau malas.

Akhirnya dengan gontai, kau berbalik dan mengambil surat dari dalam tas, kumudian membukanya untuk dibaca.

1 detik...

3 detik...

7 detik...

4 menit kemudian...

Kau masih terpaku, diam membatu tak percaya-----bagaimana dia bisa dengan mudahnya membohongimu?

Dan lagi, berani beraninya dia memanggilmu bodoh berkali kali.

Mari kita ingat dulu tempat tempat kau menyimpan surat yang kau dapat.

Surat pertama, masih dalam tas-----secara, karena kau tidak pernah peduli akan kebersihan.

Surat kedua, surat yang kau remas...rasanya masih ada di dalam loker.

Surat ketiga, terselip di antara buku dalam loker?

Surat keempat, uh-oh dalam tempat sampah loker. Untung saja sampah loker dibuang 2 minggu sekali, jadi mungkin masih ada di dalam situ.

Surat kelima, ah! Surat yang kau tinju waktu itu.

Surat keenam, kau masukkan dalam tas.

Surat ketujuh, ada di dalam tas juga.

Surat kedelapan, di dalam loker?

Surat kesembilan, bertumpuk dengan surat kedelapan, kaurasa.

Surat kesepuluh, di tas? Ah tidak, di dalam sarung bantal.

Surat kesebelas, kau-----sobek. Tapi sepertinya masih kau ingat isinya.

Segera, kau mengambil surat tersebut yang berada dalam tas, sisanya, biar kau ingat ingat saja- (semoga saja kau ingat intinya).

Oke, mari kita mulai penyusunannya.

"Aku akan menjadikanmu milikku."

"Overdosis, kurasakan saat melihat senyum manismu."

"Melindungimu itu prioritasku, orang lain tak bisa menyentuhmu."

"Ijinkanlah aku menciummu meski dalam mimpi."

"Neraka jika bersamamu, aku rapopo."

"Egoku bahkan tak berdaya atasmu, karena di mataku kau begitu sempurna."

"Dalam hatiku hanya ada sosokmu, bagaimana denganmu [Name]?"

"Akankah kau membalas perasaanku?"

"Ikatan benang merah mempererat takdir kita."

"Kau bagai malaikat yang turun dari khayangan, [Name], milikku."

"Ilusi atau kenyataan? Aku berada di ambang keputusasaan [Name], berikanlah jawabanmu sekarang?"

Rasanya beberapa melenceng jauh, tapi tak apalah...

letters | aomine daiki.Where stories live. Discover now