II

6.8K 117 11
                                    



Keesokan harinya. Awan begitu membiru, seolah menandingi air laut di pesisir pantai yang landai kemudian memantulkan bias rona wajah langit. kelopak bunga mawar merah di pekarangan rumah Sarah yang masih mengembun sisa hujan kemarin mencipratkan aroma khasnya, seolah menambah semangat Sarah untuk selalu menanti hari baru walau tanpa Dean.

Namun sesungguhnya Sarah tak ingin berganti hari jika tanpa Dean.

**


Dear Dean ....

pagi ini awan membiru tak seperti kemarin.

hujan tak menemaniku lagi, kopi juga tak berada disampingku saat ini.

namun entah rasa rindu untuk mu begitu menyiksaku saat ini.

Lalu kuputuskan saja untuk sedikit bercerita diatas kertas ini juga berharap suatu saat nanti kamu akan membaca nya dan sadar begitu tersiksanya aku tanpa mu.

Malam tadi , sebelum tertidur aku sedikit berdoa tentang kita , berdoa agar Tuhan dan waktu masih memihak pada kita .

Namun rupanya sudah tidak ada yang memihak pada kita lagi ya De, entah itu waktu , hujan, kopi atau Tuhan sekalipun.

Tak banyak yang bisa aku harapkan padamu lagi, apalagi jika aku harus bersih kukuh mengharapmu kembali, rasanya seperti semua itu tidak akan pernah aku gapai lagi.

kini dirimu jauh, bukan untuk ku lagi.

meski sejujurnya tak semudah itu membiarkan mu semakin jauh dari masa lalu.

sekuat apapun aku menjaga doa-doa untuk bersama namun dirimu sekuat tenaga untuk tidak bersama.

aku paham, kini aku tanpa mu, dan ini nyata.

aku sempat mengira semua ini adalah mimpi yang buruk, namun pagi tadi saat aku baru saja terbangun , kamu memang benar-benar bukan milik ku lagi.

apa daya ku?, kau boleh melangkah tapi asal kau tau aku selalu berada satu langkah dibelakangmu yang berarti ketika kau berbalik aku ada di situ dan menunggu mu.






********

^o^


Hari ini Dean juga merindukan Sarah, Dean memutuskan untuk singgah di kedai kopi sebelum berangkat ke sekolah. Dean memesan kopi yang biasa Sarah pesan, coffe latte.

"Sarah dimana?" celetuk Jimmy si pelayan.

Dean hanya tersenyum.

"aku sendiri" lanjut Dean.

"usai" bisik Dean nyaris tak terdengar.


Jimmy mendudukan dirinya di sebelah Dean , lagak nya agak sedikit serius.

"bagaimana bisa", "siapa yang menyudahi nya?" . Jimmy terus bertanya .

"aku" jawab Dean singkat.

"bodoh" Jimmy menjawab sinis.

"aku tidak perduli, bukan kamu saja mengatai ku bodoh"

"bagaimana bisa kamu melepaskan Sarah yang begitu sempurna, ia pintar , cantik, semuanya ada pada diri Sarah , Dean." cerocos Jimmy.

Hujan Dan RinduWhere stories live. Discover now