XII

2.4K 148 1
                                    

Sarah berjalan terburu-buru menuju gerbang depan, langit sedikit temaram tanpa bintang,bulan juga tidak menampakan indah nya, jalanan terlihat sepi tidak seperti biasanya. Semenit lagi waktu akan menunjukan pukul 8 malam, ia harus segera sampai di halte dekat rumah nya. Kaki Sarah baru saja menapak pada tanah di depan rumahnya namun udara dingin langsung menembus pada tulang, sangat dingin. Rupanya Sarah salah memilih pakaian, ia hanya menggunakan sweeter rajut yang teramat tipis atau mungkin saja musim yang akan berganti, tapi Sarah terus berjalan. Tangan nya di lipat di depan dada mencoba menghangatkan diri sendiri.
Beberapa menit menunggu lelaki itu, namun tak ada. Sarah mengeluarkan ponsel nya seketika ia menggerutu memaki diri sendiri, kenapa ia tidak sempat meminta nomor nya? Agar dengan mudah Sarah dapat menghubungi lelaki itu, memastikan ia benar-benar ingat janji nya tempo hari. Dingin semakin menjadi.
Sarah melirik lengan kirinya , waktu telah menunjukan delapan lebih tiga puluh menit yang berarti Sarah sudah menunggu selama setengah jam.
Tanpa pikir dua kali, Sarah membalikan badannya dan melangkah balik menuju rumahnya, ia menggigil kedinginan.

Sarah mencoba mneghangatkan tubuhnya, ia bersembunyi di balik selimut yang baru saja di ganti oleh sang ibu siang tadi. Mood nya sedang tidak bagus hingga ia memilih untuk larut dalam mimpinya. Sebelumnya ia hanya berharap tak ada Dean dalam mimpinya. Tapi seperti biasa Sarah selalu menyempatkan diri untuk bercerita pada Dean walau hanya memelalui sebuah buku yang entah akan di baca atau tidak nantinya.

Dear Dean......

Malam ini, aku menyempatkan waktu maksud ku memberanikan diri untuk bertemu seorang lelaki.
Maafkan aku, semua ini hanya semata-mata membalas budi bukan karena aku sudah mampu tanpa mu.

Memang benar ya tak ada yang sebaik diri mu, tak ada yang mampu memperlakukan ku seperti ratu yang biasanya kamu lakukan.

Aku bahkan telah menunggu begitu lama dan dia tak kunjung datang padahal setengah mati aku memantapkan diri untuk sedikit membuka hati pada lelaki lain selain dirimu.

Kamu juga tahukan? Aku ini tidak semudah perempuan lain yang dengan mudahnya selalu mengiakan kata-kata lelaki. Karena aku ini pernah jatuh berkali-kali sebab itu aku harus selalu berhati-hati.

Lagi-lagi aku merindukan mu

Entah kenapa rindu ini tidak pernah habis

Entah kenapa aku hanya ingin becerita kepada mu

Entah kenapa hanya kamu yang selalu menenangkan ku walau pada kenyataan nya kamu sudah bukan untuk ku lagi.

Sempat aku berlari menjauhi rindu namun lagi-lagi yang kutemukan hanya bayang mu.

Kamu berjanji akan selalu ada untuk ku dan pada kenyataan nya kamu tidak pernah ada disini , bahkan hanya untuk sekedar memulangkan rindu.

Mungkin ini karena jarak.

Apa aku harus menyalahkan jarak?

Tapi sebelum nya aku sudah berjanji tidak akan menyalahkan siapapun selain wanita jalang yang merenggut mu.

Semoga setelah malam ini rindu akan mengerti bahwa tak semua rindu berujung temu.







***

Lelaki itu masih berbicang dengan beberapa teman nya, asik tertawa seperti sedang membicarakan sesuatu , tawa nya buncah ke seluruh sudut ruangan. Lalu ia menenggak botol soda yang tinggal berisi setengahnya hingga tak tersisa. Seketika ia melirik jam tangan yang terlingkar di lengan nya, ia tersedak mengingat sesuatu.

"whats wrong?" tanya lelaki yang sedikit gondrong yang duduk di dekat jendela.

"shit" ucapnya tak menjawab pertanyaan si gondrong yang keheranan, ia segera berlalu.

Hujan Dan RinduWhere stories live. Discover now