VIII

3.1K 162 5
                                    


Awal Februari seringkali ditemani gerimis, bahkan sesekali hujan datang bersama anak rindu menyisakan sedikit rasa ingin bertemu. Namun Sarah sekuat tenaga untuk tidak larut dalam bulan Februari , agar dirinya tidak terlarut juga dalam rindu untuk Dean.

Hari ini hujan tak kunjung pergi juga,hingga pagi berganti menjadi siang hingga siang bahkan berganti menjadi sore dan malam.

Angin sesekali memainkan anak rambut sarah , mengganggu Sarah yang sedang asik melamun di balkon kamarnya lengan nya menggenggam sebuah balpoint , di hadapannya tergeletak sebuah buku berwarna Tosca Sarah sering kali membawa buku itu kemanapun, ia mengguratkan tinta berwarna hitam keatas kertas putih yang menjadi bagian dalam buku tersebut.

Dear Dean......

Tidak ada sedikitpun kata menyesal dibenakku

Akupun tidak pernah sedikitpun mengalahkan takdir

Apalagi harus menyalahkan dirimu

Aku hanya sedikit menyalahkan perempuan itu

Perempuan yang merebutmu

Perempuan yang kau panggil dengan sebutan jalang

Entah sebenarnya apa yang ada dipikiran mu

Pada awalnya kamu memilih dirinya dan meninggalkan ku tapi kini justru kau seperti membuangnya bagai sampah

Seperti kamu membuangku dengan alasan-alasan klasik mu

Taapi sekali lagi, aku tidak pernah menyalahkan takdir atau dirimu

Sungguh , aku menikmati kesakitan ini

Aku menikmati apapun dari mu

Entah itu luka atau rindu sekalipun.




Beberapa paragraf telah di torehkan, tersusun rapi segala rasa yang ada di hati, kini kertas putih telah ternoda. Senja telah menampakan jingga nya. Manchester tengah diselimuti hujan sedari tadi.Sarah bergegas untuk terlelap, matanya perlahan mulai menutup, mulutnya terkatup, dan hening.

Meski waktu baru saja menunjukan pulul 07:00 pm tapi Sarah sudah hanyut dalam mimpinya.Ia lelah , seharian ia bergelut dengan hidup barunya di Manchester , ia bergelut dengan orang-orang baru, berusaha menyusuaikan diri.

Di luar hujan masih dengan angkuhnya menyelimuti malam. Sarah terlelap begitu damai.

Hingga waktu tak terasa terus berjalan kemudian Sarah harus sudah bersiap untuk pergi kesekolah.

Sarah terbangun lebih awal dari biasanya, ia seperti menemukan semangat baru disini tapi tetap saja hatinya sangat merindukan Dean.

Sarah menyisir rambut blonde sebahu miliknya, ia menambahkan sedikit warna merah pada bibirnya yang tipis lalu berbegas meninggalkan kamarnya dengan tas berwarna hitam menggantung dibahunya.

Sarah meneruni anak tangga yang menghubungkan lantai atas dan lantai dasar dirumah baru keluarga Snyder itu. Seorang lelaki paruh baya tengah berkutat dengan koran yang ia dapatkan dari penjual koran pagi ini, ia tampak serius tak menyadari putri semata wayang nya kini telah duduk di meja makan. Sedetik kemudian lelaki itu menyadarinya kemudian ia tersenyum.

Hujan Dan RinduWhere stories live. Discover now