III

4.5K 114 8
                                    




Sekuat tenaga Sarah berusaha berlari di tengah gerimis yang seakan menambah kepiluan hatinya, sarah terus berlari tak memperdulikan orang sekitar , masabodoh dengan mereka yang menatap aneh ke arah nya. Yang terpenting saat ini Sarah ingin menangis dan berteriak sekencang-kecang nya. Sarah menaiki anak tangga menuju kamar nya, ia langsung berhambur ke atas ranjang berukuran sedang , membaringkan tubuh nya yang di balut dengan kain berwarna Ivory yang saat ini telah basah karena terkena gerimis. Dingin, namun lagi-lagi Sarah tak memperdulikannya , ia terisak menenggelamkan wajah nya di bawah selimut dan menangis. Sendirian.

Masih dalam keadaan baju yang sedikit basah, Sarah terus menangis sejadi-jadi nya dan hanyut pada memory ingatan yang tertuju pada Dean. Seolah semua yang ia lihat tadi seperti sembilu yang menghujam hati dan perasaan nya, begitu menyesakan.

Sarah masih menangis , terlebih saat ini dalam pikiran terlintas jika wanita tadi adalah pengganti dirinya. Sarah berusaha menguatkan hatinya sendiri tapi alhasil tidak sedikitpun, ia tidak mampu menahan tangis bahkan saat ini ia menangis sejadi-jadinya , tergugu dalam gerimis pilu yang senantiasa menemani suara tangis nya.

Beberapa bait kenangan menghantui pikirannya yang sedang kalut malam ini.

"jadi sampai kapan kita akan terus seperti ini Dean?" tanya Sarah.

"sampai aku lelah sayang , tapi aku berjanji tidak akan pernah lelah jika dengan mu" jawab Dean sambil mengecup kening Sarah.

'bagaimana jika mantan mu yang dulu masih mencintaimu?" tanya Sarah lagi.

"tapi aku tidak, kamu adalah cintaku" Dean tersenyum.

Sarah terus menangis membiarkan mata indahnya menjadi lembab, menangisi Dean yang mugkin saja tidak pernah mengingatnya kembali atau bahkan mungkin Dean telah benar-benar melupakan Sarah. Hari semakin larut, gerimispun tak lagi menemani yang ada hanya kepiluan hati yang semakin terasa. kini, Sarah benar-benar sendirian tidak ada telinga yang mampu mendengar keluh kesah nya lagi , tak ada tangan yang mampu merangkulnya saat ia terjatuh. Biasanya Dean yang mampu melakukan semuannya.

Perlahan Sarah terlelap dengan luka dan air mata.





<3





Pukul menunjukan tengah malam, namun Dean belum terlelap. Ia masih berkutat dengan selembar kertas dan sebuah pensil, berulang kali ia meremas kertas dan membuangnya ke arah pojok ruangan yang terdapat tempat sampah lalu menggantinya dengan selembar kertas baru dan mencoba menulis sesuatu lagi. Garis muka nya begitu cemas dan terlihat sedikit kesedihan disana. Apa Dean merindukan Sarah? Sudah beberapa kali ia mencoba mengekspresikan keadaan hatinya ke dalam barisan kata-kata .Tapi tampaknya kehebatannya merangkai kata kurang bekerja saat ini , pembendaharaan kata-katanya tidak mampu mentransfer suasana dalam guratan kata.

Dean terduduk di ujung ranjang menatap ke arah meja di dekat jendela tepat pada titik bingkai foto yang menjadi salah satu pajangan di sana, terlihat seorang gadis dengan senyum yang begitu tulus dan memikat, Dean bangkit dan melangkahkan kakinya dan berusaha menggapai foto tersebut,foto Sarah dengan senyum yang begitu sempurna.

"aku merindukan mu" gumam Dean dalam hati.

"tapi nampaknya , kau baik-baik saja dan tidak merindukan ku" lanjut Dean

Lalu Dean memasukan foto itu kedalam laci dan menguncinya.

"selamat tingal" katanya.


Give me back my point of view

cz i just can't think for you

i can hardly hear you say

what should i do, well you choose


Hujan Dan RinduWhere stories live. Discover now