Chapter 1

8.4K 633 26
                                    

Harry Potter © J. K. Rowling
The Ending © MsLoonyanna
(Ms. Loony Lovegood)
.

Adventure-Suspense-Romance
Setting: Hogwarts War, 7th year

Modifikasi buku ke-7: Harry Potter and the Deathly Hallows

[Semi Canon]
.

This is the sequel of my previous fanfiction: The Letter. So, I suggest you to read that one first before reading this one because that'd be better. Thank you and happy reading!

.
.
.

Pemuda itu berdiri mematung di tempatnya. Tak banyak yang bisa ia lakukan. Wajahnya yang sedari dulu pucat, kini bertambah pucat. Lingkaran hitam di matanya pun sangat terlihat dan semakin jelas terbingkai menggantung di pelupuk atensi abunya.

Jujur, ia merasa sangat kacau dan luar biasa bingung. Di satu sisi, ia tak ingin orang-orang curiga terhadapnya. Namun, di sisi terpenting dalam hatinya yang lain tentu saja adalah keberadaan dan keadaan gadis itu sekarang. Ya, gadis berambut semak dan bermata cokelat yang kini berada di manornya. Draco tak habis pikir mengapa gadis geniusnya itu bisa sampai  tertangkap seperti ini, bahkan kedua sahabat idiotnya pun ikut tertangkap.

Sangat ceroboh, pikir Draco.

"Minggir, jauhi dia!" Terdengar suara Ron yang berteriak nyaring ketika melihat Hermione didekati oleh salah seorang Pelahap Maut.

Detik berikutnya terdengar sebuah suara lain lagi—yang tak diragukan bahwa itu adalah suara buku-buku jari menghantam daging. Ron menggerung kesakitan setelahnya dan Hermione menjerit refleks di tempatnya, merasa tak tega melihat sahabat berambut merahnya diperlakukan kasar seperti itu. Bagaimanapun juga, itu semua karena Ron yang berusaha untuk membelanya.

"Kumohon, jangan! Tinggalkan dia sendiri, jangan sakiti dia!" Pekikan Hermione memenuhi ruangan Malfoy Manor, semakin membawa aura suram yang seolah mengelilingi tiap-tiap sisi dan berbagai sudut ruangan bangunan megah itu.

"Kekasih tololmu akan menjadi jauh lebih buruk dari ini apabila dia ada di daftarku," cicit sebuah suara parau mengerikan yang terdengar begitu familier. Draco merasa perutnya berjumpalitan, mengapa bisa orang itu menyangka bahwa Hermione adalah kekasih Ron Weasley?

Cih! Jelas-jelas Hermione adalah milikku. Aku tak akan pernah rela melepasnya demi si Weaselbee keparat itu! Draco membatin geram.

"Gadis yang lezat," ucap pria itu lagi sembari mengelus leher jenjang Hermione dengan pandangan yang berkilat-kilat. Draco semakin merasa ingin menonjok pria kurang ajar tersebut, tetapi sekuat tenaga ia mencoba untuk meredam rasa kesalnya demi menyamarkan tanda-tanda desersi yang sepertinya sudah akan ditembusnya.

"Aku akan menikmati kelembutan kulitnya." Lagi-lagi pria itu berkata seraya menyentuh wajah cantik Hermione Granger dengan kuku-kuku kotornya yang tajam dan panjang, membuat gadis itu bergidik takut. Namun, apa boleh buat? Kedua tangannya diikat ke belakang, sama sekali tak dapat menghindari setiap perlakuan yang didapatnya dari pria sialan itu.

Meneguk ludah, Hermione memejamkan mata—berharap ada sedikit keajaiban yang bisa membuatnya terlepas dari sana. Sementara itu, goresan-goresan akibat kuku panjang pria tadi sudah meninggalkan jejak berdarah di sekitaran pipi mulusnya.

The Ending [Sekuel The Letter]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora