Chapter 2

5K 520 45
                                    

Harry Potter © J. K. Rowling
The Ending © MsLoonyanna
(Ms. Loony Lovegood)
.

Adventure-Suspense-Romance
Setting : Hogwarts War, 7th year

Modifikasi buku ke-7: Harry Potter and the Deathly Hallows

[Semi Canon]
.
.
.

"Tunggu!" kata Lucius tajam. "Ya, Cissy bilang dia pernah bertemu dengannya di Madam Malkin's dengan Potter! Apa dia yang kau maksud, Cissy?" Lucius beralih memandangi istrinya. Namun, orang yang dipandang tak kunjung menjawab. Rahangnya terkatup rapat. Bagaimanapun juga, kebahagiaan Draco adalah segalanya baginya. Bahkan ia rela dicap sebagai seorang betrayal demi melihat segaris senyum bahagia terukir di wajah putra kesayangannya, Draco Malfoy.

Merasa tak ada jawaban, Lucius pun kembali melanjutkan, "Aku juga melihatnya di Prophet! Lihat, Draco! Bukankan ini si Granger itu?" Ia mulai bertanya tak sabar.

Deg!

Draco merasa jantungnya akan merosot detik itu juga. Sungguh hal yang absurd baginya untuk mengiyakan pernyataan ayahnya, Lucius, dalam keadaan terdesak seperti ini.

"Err, aku ... mmh, mungkin. Yeah. Ah, entahlah," jawab Draco kikuk. Suaranya seperti tercekat di ujung tenggorokan.

"Dan lagi, ini si Weasley, 'kan?!" teriak Lucius, meluncur mengelilingi tahanan yang diikat untuk menghadap lebih jelas ke arah Ron Weasley.

"Yeah, itu mereka. Teman-teman Potter, Draco! Lihatlah! Bukankah dia anak Arthur Weasley? Siapa namanya, aku lup—"

Bruaaakkk!

Pintu ruang tamu tiba-tiba menjeblak terbuka di belakang Harry Potter diiringi kemunculan seorang wanita berambut keriting dengan gayanya yang bossy.

"Apa ini? Apa yang terjadi, Cissy?" Bellatrix Lestrange berjalan perlahan mengelilingi Hermione, Ron, dan Harry—yang wajahnya masih bengkak dan tersamarkan. Namun, ia kemudian berhenti di sebelah kanan Harry Potter, menatap Hermione melalui mata kelamnya yang berpelupuk tebal.

"Tapi tentu saja," katanya pelan. "Ini gadis Darah Lumpur itu? Ini Granger, 'kan?" cetus Bellatrix berapi-api.

Draco bergerak-gerak gelisah di tempatnya, sementara Narcissa semakin kuat menggenggam jemarinya, mencoba memberi semangat tersirat dari sana.

"Ya, ya. Hm, sepertinya ini memang Granger!" Lucius berkata tajam. "Dan di sampingnya itu kami kira ... Potter! Potter dan teman-temannya," jelasnya lagi, datar.

Greyback kembali mendekat untuk mengamati Harry lebih saksama. Ia menunduk dengan wajahnya yang ditutupi rambut dan kumis abu-abu gelap, dengan gigi-gigi runcing kecokelatan serta luka di sudut mulutnya. Greyback berbau seperti saat ia di Menara Astronomi ketika Dumbledore meninggal dulu—berbau lumpur, keringat, dan darah yang bercampur menjadi satu.

Sosok itu beralih menatap Ron lalu berpindah ke Hermione. Bersamaan dengan itu, Hermione merinding karenanya. Manusia serigala yang berada di hadapannya sekarang benar-benar mengerikan, percayalah.

"Hermione Granger," sahut sebuah suara lagi dengan tiba-tiba, suara Scabior. "Darah Lumpur yang diketahui bepergian dengan Harry Potter." Greyback semakin tertarik untuk mendekati Hermione setelah mendengarkan penuturan Scabior. Sosok tersebut menunduk memandangi wajah mungil nan cantik yang sedang ketakutan itu.

"Kau tahu, eh? Fotonya benar-benar mirip denganmu," ujar Greyback menggebu-gebu tepat di depan wajah Hermione.

"Bu-bukan. Bukan aku!" Gadis itu berkilah. Namun, sial. Cicit ketakutannya barusan justru seolah-olah sudah seperti sebuah pengakuan tersirat. Bahkan sekarang Harry bisa merasakan lengan Hermione gemetaran di sampingnya. Draco menatapnya iba, penuh dengan perasaan cemas.

The Ending [Sekuel The Letter]Where stories live. Discover now