Chapter 9

3K 380 91
                                    

Harry Potter © J. K. Rowling
The Ending © MsLoonyanna
(Ms. Loony Lovegood)
.

Adventure-Suspense-Romance
Setting : Hogwarts War, 7th Year

Modifikasi buku ke-7 : Harry Potter and the Deathly Hallows

[Semi Canon]
.
.
.

P.S. :
I guess that it'd be better if you guys listen to Twenty One Pilot's song "Truce" for this chapter. Enjoy!

•••

"Stupefy!" Sebuah lemparan mantra berhasil menguarkan pusat konsentrasi Draco yang sedari tadi terus memikirkan gadisnya bersama Harry Potter—mereka tampak kelewat akrab dan bahkan terlihat nyaris melebihi seorang 'sahabat'. Err, setidaknya begitu pikirnya.

Pemuda bermanik abu itu menghindar dengan gesit secara menakjubkan. Pada saat keadaan seperti ini, rasa-rasanya punggungnya pun seolah memiliki mata dua arah. Well, jangan salahkan intuisi seseorang yang sudah terlampau sering mengalami hal-hal buruk dalam hidup mereka, yeah, sehingga sikap waspada pun selalu menjadi hal nomor satu.

"Weasley sialan!" jeritan murka Bellatrix yang mengerikan seolah mampu membelah otokrasi jagat keremangan di heningnya atmosfer sekitar. Kini penyihir berpelupuk mata tebal itu sedang one-by-one bersama Ronald Bilius Weasley.

Draco dapat mendengar jelas percakapan keduanya yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri, tepat di saat ia berhasil menghindari mantra pemingsan dan melempar balik sebuah kutukan yang sama terhadap penyerangnya itu.

"Kau pikir Lestrange tidak sialan, eh?" tantang Ron sengit, pemuda Weasley itu meludah kasar. Tangannya mengacung ke depan, memegangi tongkatnya dengan erat, sebagai atestasi bahwa darah singa benar-benar mengalir di setiap inci nadinya. Percayalah, Ron benar-benar mengeluarkan aura Gryffindor-nya untuk malam ini. Ya, dia tampak berani. Sangat berani.

Pemuda berwajah bintik-bintik dengan hidung panjang itu berkali-kali memberikan autosugesti pada dirinya sendiri. Bagaimanapun, ia harus memiliki estimasi personal yang baik untuk bisa menghadapi semua ini.

"Dasar kau, bedebah! Darah Pengkhianat! Cih! Keluarga miskin!" cemooh si wanita keriting bertubi-tubi.

"Jangan pernah kau berani menghina keluargaku, jalang!" Emosi Ron naik seketika. Wajahnya yang sudah memerah karena suhu udara yang tiba-tiba terasa panas kini semakin menjadi merah padam ketika ia berusaha keras untuk menahan amarah yang faktanya sudah mencapai taraf kulminasi maksimal.

"Kurang ajar kau, Weasley kecil!" Bellatrix menggeram berbahaya. "Kau berani mengataiku?" Atensi wanita berkulit agak gelap itu membulat sempurna, memancarkan aura mengancam dalam detik yang bersamaan.

"Memangnya kau pikir kau siapa? Kau bahkan tak ubahnya seorang kacung idiot nan setia si Voldemort menjijikan itu! Cih!" Ron kembali mendecih dan itu bukanlah pertanda baik ketika dengan tiba-tiba Bellatrix menyeringai misterius. Entah apa yang tengah dipikirkannya sekarang.

"Aku akan menghancurkanmu," ia berbisik pelan, tetapi masih dapat didengar jelas oleh Ron.

"Coba saja kalau kau berani!" Ron tak gentar sedikit pun, membuat wanita di hadapannya itu justru semakin menaikkan satu ujung bibirnya, meremahkan.

"Baiklah ...," ucap Bellatrix dalam nada lambat.

"_"

"CRUCIO!" Atensi biru terang Ron berpendar terkejut seiring dengan jeritan menyakitkan yang berhasil menembus gendang telinga orang-orang di tempat itu.

The Ending [Sekuel The Letter]Where stories live. Discover now