Chapter 5

3.7K 446 54
                                    

Harry Potter © J. K. Rowling
The Ending © MsLoonyanna
(Ms. Loony Lovegood)
.

Adventure-Suspense-Romance
Setting : Hogwarts War, 7th Year

Modifikasi buku ke-7 : Harry Potter and the Deathly Hallows

[Semi Canon]
.
.
.


Gadis itu kemudian berjalan pelan ke arah Draco dan memapahnya berdiri untuk menuju ke dalam tenda. Namun, baru sekitar tiga langkah, pergerakan mereka lantas terhenti lantaran Draco yang dengan gerakan tiba-tiba menaikkan sebelah tangannya ke udara.

"Ada ap—argh! Merlin!"

Draco berbalik terkejut. "Hati-hati, 'Mione."

Perasaannya sedikit lega mengetahui bahwa itu hanya karena Hermione yang tersandung ranting di sekitar tenda. Bukannya ia senang lantaran gadisnya itu tersandung, bukan. Hanya saja, ia telah mengekspektasikan sesuatu yang jauh lebih mengerikan dari itu, kau tahu apa maksudku.

Di bawah cahaya bulan yang sangat samar, wajah Hermione tampak menyiratkan kata 'maaf' melalui permata hazelnya yang sedari tadi pun sempat membulat terkejut akan suara yang ditimbulkan olehnya sendiri beberapa detik lalu, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk kembali buka suara, mengulang pertanyaannya yang sempat tertunda akibat insiden injak-menginjak ranting sialan itu.

"Tadi ada apa?" Hermione mengerutkan dahinya bingung. Namun, baru saja Draco akan berkata sesuatu dan mendapati suaranya yang sudah ada di tengah tenggorokan justru harus tertelan kembali ketika tiba-tiba ....

Kreeek

"Kau dengar itu?"

"Ap—"

Kreeek

Hermione memegang lehernya secara refleks, merasa seolah suhu sekitar menukik turun dengan drastis. Di detik berikutnya, Draco kembali menemukan mata gadisnya. Kedua alis pemuda itu bergumul tepat di tengah.

"Yang tadi itu bukan kau, 'kan?" tanyanya hati-hati yang disambut dengan anggukan mantap dari Hermione.

"Aku ... aku mendengarnya sekarang. Draco, menurutmu itu hewan buas atau—"

"Kuharap bukan keduanya," potong Draco seolah tahu apa yang ada di dalam pikiran gadis itu. Suaranya terdengar dalam dan waswas di satu waktu yang sama. Atensi kelabu argent-nya kini sibuk memperhatikan sekeliling. Mencoba memasang telinga setajam mungkin dan ... berhasil. Ia kembali menangkap bunyi dahan serta ranting patah lainnya yang seolah diinjak dengan tak sengaja. Oh, jangan lupakan gemerisik dedaunan yang entah sejak kapan turut mendominasi suasana mencekam itu.

Whoooosh

Angin tiba-tiba saja berembus cukup kencang untuk sekadar mematikan cahaya samar dari api unggun yang mereka buat sebelumnya di depan tenda. Hermione kini memasang air muka panik yang cukup kentara untuk dilihat dalam kegelapan.

"Draco," gadis itu bergumam pelan, sementara sosok yang dipanggil hanya menoleh menatapnya sekilas sembari menempelkan telunjuk panjangnya tepat di bibir.

"Ssssst!"

Hermione kembali menelan ludahnya dengan gugup. Percayalah, meskipun ia seorang Gryffindor yang gagah berani, fakta bahwa ia hanyalah seorang perempuan tak bisa dielakkan. Well, bahkan sang singa betina dapat merasakan rasa takut sesekali di suatu waktu tertentu, bukan? Tak perlu mencibir.

"Siapa di sana?!" Teriakan Draco yang cukup keras berhasil menarik Hermione kembali dari pikiran-pikiran anehnya. Dapat didengarnya gemaan suara sang kekasih yang menggaung di dalam hutan sepi itu.

The Ending [Sekuel The Letter]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang