#1. Kakak Beradik

73 3 0
                                    

Sebuah mobil SUV baru saja berhenti di parkiran sekolah pada pagi hari yang sejuk pukul 6.30. Kaki kiri turun setelah pintu depan bagian kiri mobil itu dibuka. Sepasang kaki milik gadis berseragam putih lengan panjang dan rok yang juga panjang, berambut ikal sepundak menutup pintu mobilnya tanpa membawa tas.

"Aezaa, cepetan!" kata gadis tersebut agak keras.

"I... iya sebentar, kak Hime." jawab gadis berambut hitam lurus sepinggang itu. Ia turun dari kemudi dan membuka pintu tengah mobil itu dan membawa dua buah tas, satu miliknya dan satu lagi milik Hime.

"Jangan lupa lock mobilnya." suruh Hime, mengetik di ponsel sambil berjalan.

"Iya." kedua lampu sign berkedip tanda mobill sudah terkunci.

"Gak usah ngejawab deh, tinggal pencet doang."

Aeza mengangguk.

Mereka memasuki kelas yang sama dan duduk sebangku.

Hime masih terfokus oleh ponselnya begitu duduk, tidak bergabung dengan anak yang sedang berkumpul untuk sekedar basa-basi. Padahal wajah Hime cantik seperti anak populer. Ia hanya sesekali berbicara pada orang dan tidak membentuk geng perempuan. Sifat itu semakin diperkuat sejak kedua orangtuanya tewas dalam sebuah kecelakaan mobil.

Saat dirumah sakit sesaat sebelum ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya, ia berpesan agar Hime dan Aeza selalu saling menjaga satu sama lain. Mereka berdua mendapat warisan dengan jumlah yang tak main-main, mengingat ia keluarga berada dan Hime yang mewarisi marga Rusdian. Harta tersebut lebih dari cukup untuk seumur hidup mereka.

Kebalikannya dari Hime, Aeza adalah gadis yang murah senyum, ringan tangan, tapi sedikit pendiam. Wajahnya ayu, rambutnya yang panjang tergerai lurus kebawah kadang diikat dua seperti gadis desa.

Hime sebenarnya adalah anak tunggal atau anak satu-satunya. Aeza muncul di kehidupan keluarga mereka delapan bulan setelah Hime lahir. Aeza ditemukan sedang menangis oleh seorang pembantu keluarga Hime didalam kardus dekat tempat sampah ketika hendak membuang sampah saat malam yang gerimis itu. Ayah Hime berniat mengadopsi untuk menemani anaknya kelak dan diberi nama Aeza Zulviandari.

Mereka sangat peduli dan sayang terhadap anak-anak yang terlantar, kadang tiap dini hari kedua orangtua Hime keluar keliling kota mengendarai mobil memberi anak-anak atau keluarga yang terlantar sekotak makanan. Sebuah keluarga tajir yang begitu dermawan.

Hime kecil seperti anak kecil lainnya. Ia senang bermain dengan Aeza. Namun seiring beranjak remaja, Hime yang sudah tau bahwa Aeza bukanlah adik kandungnya perlahan menjaga jarak dan gengsi. Aeza lebih sering dijadikan pesuruh sejak orangtua Hime meninggal dan Hime menjadi agak galak dan cuek. Lalu memutuskan kalau Aeza harus tidur di kamar tempat pembantunya yang dulu. Harta warisan milik Aeza tak seluruhnya miliknya. Hime yang mengatur semua harta peninggalan orangtuanya. Sedikit yang Hime keluarkan untuk uang jajan Aeza.

Meski begitu, Aeza tetap menurut setiap perkataan kakaknya dan menjalani semuanya dengan senyuman. Ia sangat bersyukur dapat bergabung di keluarga ini. Kalau tidak ada yang memungutnya malam itu, mungkin ia tidak berada disini dan mengenal mereka. Maka dari itu, Aeza bersedia melakukan apa saja. Aeza sangat menjaga wasiat dari almarhum ayah angkatnya untuk selalu saling menjaga Hime.

Sepulang sekolah, Aeza membawa tasnya Hime. Begitulah tugasnya sehari-hari.

"Kita ke restoran pizza dulu. Laper gue." kata Hime yang telinganya disumbat handsfree. Aeza yang sambil menyetir mengangguk.

"Nih." Hime mengambil uang dua puluh ribu di saku seragamnya dan memberikan ke Aeza. Hime turun dari mobil dan masuk ke restoran itu sendirian.

Di restoran yang berhawa sejuk itu Hime menikmati makan siangnya duduk di dekat jendela. Di seberang sana ia melihat Aeza menikmati semangkuk bakso yang dibelinya di pinggir jalan. Setiap makan diluar, Hime selalu seperti itu lantaran gengsi.

Mazna X Adara [Air Dan Api] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang