#10. Rencana

10 1 0
                                    

     Mereka (Aeza dan kawan-kawan) berkumpul di tanah berpasir tak jauh dari rumah sederhana Indry yang terletak di pesisir pantai. Agak jauh memang dari rumah mereka semua.

     “Gue dapet kabar dari geng Rio, mereka mendeklarasikan perang ke kita. Dan kita semua bakalan perang di tempat yang udah ditentukan mereka. Mereka mau mulai perang ini seminggu lagi.  Jadi, mulai sekarang kita latihan meningkatkan kekuatan kita.” ucap Indry panjang lebar. Di genggaman tangannya memegang gulungan surat.

     “Jadi, mereka beneran serius mau melakukan itu. Dasar aneh!” protes Putri.

     “Biarlah. Kita nggak punya pilihan lain selain mengalahkan mereka.” kata Dharma.

     “Yaudah. Kita mulai aja latihannya.” Ajak Indry.

     “Aku latihan disana saja. Tanahnya pasir semua.” keluh Putri. Menuju perkebunan yang tanahnya diselimuti rumput.

     Mereka mulai latihan. Aeza berada di pinggir pantai. Sesekali telapak kakinya mengenai air laut. Ia berdiri konsentrasi disana. Sementara Hime duduk seperti meditasi mengenakan pakaian serba hitam untuk menyerap panas matahari yang sedang terik. Kekuatannya akan meningkat jika ada sinar matahari. Terlebih ia mengenakan serba hitam.

     Sementara Indry, Aldi dan Ivan sudah memulai dengan bertarung satu sama lain. Indry sudah berubah menjadi macan kumbang, kaki Aldi mengeluarkan asap tipis dan Ivan seluruh tubuhnya ditutupi berlian.

     Serangan dimulai oleh Aldi dan indry yang menyerang Ivan secara bersamaan. Dan Ivan menahannya hingga ia mundur sejauh dua langkah.

     “Gue dulu ya.” ijin Aldi. Langsung mengitari Ivan sangat cepat dan agak jauh sehingga Ivan seperti pusat lingkaran. Kecepatan lari Aldi menimbulkan seperti pusaran pasir saking cepatnya. Ketika kesempatan itu datang, ia mendadak memberikan serangan kepada Ivan dan sayangnya Ivan menahan kakinya.

     “Cukup. Sekarang gue.”

     Berbeda dengan Aldi, serangan Indry tak mudah ditepis Ivan dan selalu mengenainya. Hingga akhirnya mereka saling bergantian.

     Mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ivan yang paling kuat dengan pertahanan dan serangannya, namun kelemahannya hanyalah kecepatan. Aldi yang paling cepat namun serangannya masih kurang keras. Dan Indry skill-nya lah yang paling menonjol namun agak kurang di pertahanan. Hanya Indry yang paling mahir berkelahi diantara mereka bertiga.

     Aeza dengan masih posisi seperti tadi perlahan-lahan mengayun-ayunkan kedua lengannya secara perlahan. Dengan penuh konsentrasi ia terus mengayunkan lengannya. Perlahan dengan kekuatan maksimal, ia dengan cepat  mengangkat tinggi-tinggi lengannya. Muncul ombak besar setinggi 15 meter.

     Mereka yang dibelakangnya panik dan Aeza harus bersikap tenang, ia mendorong lengannya dan ombak yang dihasilkannya pecah. Aeza mengatur nafasnya.

     “Doni... Doni... bisa mendengarku?” Doni merasakan ada seseorang memanggil namanya di pikirannya.

     “Loh, siapa nih yang ngomong di pikiran gue?” Doni panik. Mereka menggeleng kepala melihat keanehan Doni.

     “Ini aku... Lily. Aku bicara... melalui telepati.”

     Doni menengok kerah Lily yang sedang serius dan menutup matanya.

     “Iya. Gue bisa denger lo.” kata Doni dalam hati.

     “Baguslah. Berhasil.”

     Lily beruntung memiliki kekuatan telekinesis dan telepati didalam dirinya. Ia hanya memerlukan tangan dan pikirannya untuk melakukan itu semua.

Mazna X Adara [Air Dan Api] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang