#8. Cinta

17 1 0
                                    

     Sudah dua hari Aeza terbaring kritis di rumah sakit dan belum sadar sejak kejadian itu. Hime tak henti-hentinya menyesali perbuatannya yang sebenarnya bukan kehendak dia. Aeza mendapat luka bakar di sebagian tangannya. Sudah dua hari juga Hime menginap disana.

     “Hmmhh...” Aeza terbangun setelah tiga hari tak sadarkan diri. Mendapati dirinya terbaring di suatu ruangan, dengan tangan diinfus dan mulutnya ditutup masker oksigen.

     “Kakak.” Aeza melepas masker oksigen dan mencoba membangunkan Hime yang tertidur di bangku samping dirinya. Kepala dan kedua tangan di kasur Aeza.

     Hime yang baru setengah sadar melihat Aeza sudah membuka matanya. Tak lama ia menangis dan memeluk adiknya.

     “Syukurlah lo udah bangun. Maafin gue ya.”

     “Bukan salah kakak, kok. Mungkin energi jahat itu yang ngendaiin tubuh kakak.”

     Kini yang biasanya Hime selalu dilayani oleh Aeza sekarang kebalikannya. Seperti mendorong  kursi roda, karena serangan yang lalu membuatnya lumpuh sementara. Menyuapi Aeza kadang si Aeza bisa sendiri, menggendongnya ke kamar mandi juga ke kamarnya. Mengingat kamar mereka berada diatas.

     “Nanti tidur dikamar gue aja ya.” ajak Hime saat mereka sedang makan.

     “Nggak usah, kak. Aku lagi pengen dikamar sendiri dulu.” jawab Aeza.

     “Yaah, biar gampang nanti kalo lo butuh apa-apa.”

     “Nggak apa-apa kak. Aku bisa berusaha sendiri.”

     “Yaudah gue ikut tidur dikamar lo aja deh. Tapi lain kali tidur dikamar gue ya.”

     Aeza mengangguk.

     Pagi dini harinya Hime terbangun karena suhu kamar Aeza sedikit panas meski sudah menyalakan kipas angin. Berbeda dengan kamarnya yang dingin menggunakan AC. Disebelahnya tampak Aeza yang tidur menghadap dinding, sangat pulas.

     Air mata Hime kembali keluar dan pikirannya kembali lagi pada waktu ia sering menyuruh-nyuruh Aeza. Sekarang kini dirinya telah berubah dan berjanji untuk saling melindungi.

     Sejam setelah itu Aeza yang bangun. Ia melihat Hime tidur nyenyak dengan tak sedikit keringat di keningnya. Ia mengerti suhu kamarnya panas. Dengan sedikit kekuatannya dan menyentuh dinding, Aeza membuat suhu dikamarnya menjadi perlahan dingin seperti dikamar Hime.

     Begitupun sebaliknya. Ketika mereka tidur dikamar Hime, Aeza menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Meski telah mematikan AC, hawa dingin tetap terasa. Tak mau Aeza kedinginan, Hime mengeluarkan suhu hangat kedalam ranjangnya agar Aeza tak kedinginan lagi.

Mazna X Adara [Air Dan Api] (Completed)Where stories live. Discover now