#5. Sadar

21 1 0
                                    

     Hari-hari Aeza tak lepas untuk melayani setiap perintah yang Hime berikan. Terkadang ia pernah menyuruhnya saat Aeza sedang kelelahan atau sedang tidur pulas.

     “Hime.” suara seperti lelaki tua seperti memanggilnya. Hime yang berada di tempat antah berantah mencari asal suara itu.

     “A... ayah.” Hime melihatya setelah menengok kebelakang. Memakai pakaian serba putih. Ekspresinya tampak murung dan kecewa.

     “Ayah kenapa?”

     “Ayah sedih karena setelah ayah dan ibumu pergi, kamu memperlakukan Aeza seperti itu.”

     “Ma... maksud ayah?”

     “Kenapa kamu terus menyuruh-nyuruh Aeza melakukan pekerjaan rumah sendirian seperti pesuruh? Sementara kamu hanya bersantai?”

     “AYAH?!”

     “Cuma mimpi.”

     Hime terbangun dari mimpinya. Keringat bercucuran keluar dari tubuhnya. Kepalanya sedikit pusing, kemudian ia melirik jam. Sudah pukul 18.30. tak biasanya ia bangun magrib. Tenggorokannya terasa kering saat ia menelan ludah seperti dehidrasi.

     “Aeza, bikinin es teh manis dong! seret nih.” suruh Hime yang sudah didepan pintu kamarnya dengan lantang agar Aeza bisa mendengarnya. Tapi tak ada jawaban darinya.

     “Pasti lagi sholat.”

     Hime membuka pelan pintu dan masuk kekamar Aeza. Tapi kosong saat ia disana. Hanya ada sajadah yang terbentang disebelah kasur tanpa kaki. Terdapat Al-quran, ponsel dan tasbih diatas sajadah tersebut. Suhu di kamar tersebut lebih hangat cenderung sedikit panas. Ada kipas angin mesin yang menjadi pendingin ruangan tersebut.

     Hime teringat ia belum mengecek chat yang masuk di ponselnya. Ia menemukan chat terakhir Aeza.

     “Aku ada pengajian abis magrib. Sebentar aja kok, kak. Abis isya aku pulang. Tadinya aku mau ajak kakak, tapi gak jadi deh soalnya kakak pules banget. Takut ganggu akunya, hehe. Di meja makan udah aku siapin, ada sayur sop kesukaan kak Hime jadi tinggal makan aja atau diangetin lagi pas udah bangun. Ada es teh manis di kulkas buat kakak udah aku buatin :)"

     Seperti itu isi chat dari Aeza.

     “Apaan nih?” Hime menemukan sebuah buku dibawah Al-quran. Buku itu bertuliskan Aeza Zulviandari.

     Hime mencoba membuka dan membaca halaman demi halaman. Ternyata itu buku catatan milik Aeza. Hime serius membaca halaman demi halaman karena ia hobi membaca. Tak jarang isi buku harian itu menyangkut tentang dirinya (Hime). Sampai ia membaca sebuah halaman.

     “Aku sayang banget sama keluarga ini karena mereka udah bersedia menampung aku yang ditemukan sebelah tempat sampah hingga sekarang meski bukan anak kandung mereka, terutama kak Hime. Sekarang cuma dia satu-satunya keluarga yang kupunya. Jika ingin tau, aku sangat sayang sama kak Hime. Meski sering nyuruh-nyuruh aku, makan beda tempat pas makan di resto, marahin aku sampe kakak mukulin aku karna aku ceroboh. Aku selalu berusaha membalas itu semua dengan senyuman untuk kakak. Karna aku nggak punya apa-apa lagi selain senyuman. Semua yang ada dirumah ini milik kak Hime.”

     “Mungkin kak Hime melakukan itu semua padaku karena dia sayang sama aku. Aku yakin sebenernya Kak Hime nggak mau ngelakuin itu.”

     “Aku janji bakalan melindungi kakak sekuat yang aku bisa. Dan aku sangat yakin dan berharap kak Hime juga melakukan hal yang sama. Karena aku udah menganggap kita itu saudara.”

Mazna X Adara [Air Dan Api] (Completed)Where stories live. Discover now