#7. Maaf

18 1 0
                                    

     Serangan dimulai dari Hime dengan api hitamnya dan mengeluarkan bola api besar. Aeza berhasil menghindarinya.  Selanjutnya Hime kembali mengeluarkan kembali bola api namun dengan ukuran yang kecil dan sangat banyak seperti peluru menghantam Aeza bertubi-tubi, tapi ditangkis dengan perisai air besar Aeza.

     Dengan sekali lompatan yang cepat dan jauh kedepan, Hime berhasil menghancurkan perisai air itu dengan sekali tendangan keras mengenai tubuh Aeza dan mulai bertarung jarak dekat. Pengaruh bola energi yang dimasukkan kedalam tubuhnya membuat gerakannya menjadi sangat cepat dan pengaruh jahat yang kuat.

     Aeza tak mampu menangkis serangan cepat Hime dan beberapa kali tinju api itu mengenai tubuhnya. Setiap bagian tubuh yang terkena pukulan membuat perisai air di tubuhnya langsung menguap.

     Hime melakukan serangan terakhir dengan menendang tubuh adiknya hinga membuatnya mundur sejauh tiga meter.

     Langsung ia membuat segitiga dengan kedua tangannya dan ditempelkan ke mulutnya. Hime menyemburkan api hitam yang sangat besar dan langsung mengenai seluruh tubuh Aeza.

     Aeza tampak ngos-ngosan, air pelindung di tubuhnya sudah menipis. Sedangkan Hime tampak biasa saja.

     Spontan Hime kehilangan keseimbangan dan jatuh kesamping. Aeza membuat cambuk dari air dan menyerang kaki Hime tanpa ia sadari.

     Namun ia segera bangkit dan bersiap menyerang Aeza yang memejamkan mata dengan tinju apinya.
    
     “Maaf ya kak.”

     Aeza membuka mata dan merentangkan kedua tangannya. Terdapat angin yang sangat dingin dari telapak tangan Aeza menyerang tubuh Hime. Angin tersebut lama-lama membuatnya tak bisa bergerak dan tubuhnya mengeras. Aeza menambah lagi kekuatannya, hingga akhirnya Hime membeku dan terperangkap didalam bongkahan es buatan Aeza.

     Namun rasa sayang Aeza terhadap Hime sangatlah besar. Ia mencairkan sebagian es di kepalanya. Jadi hanya bagian kepala sampai bawah hidung saja yang tak membeku. Terlihat Hime tampak sangat kedinginan.

     Aeza jatuh terduduk lemas. Tak mudah baginya bertarung jika belum memiliki sama sekali pengalaman.

     Hime kembali membuka mata tanpa Aeza sadari. Nafas panas yang keluar dari hidungnya membantu es tersebut mencair. Aeza yang baru menyadarinya terkejut dan dengan segera Hime menghancurkan es yang mengurung dirinya. Pecahan es terpental demikian juga Aeza.

     Tak ada lagi yang bisa dilakukan Aeza. Tenaganya hampir terkuras habis. Sementara Hime datang mendekatinya.

     Secara tak terduga Aeza yang lemas langsung bangkit dan mendorong perut Hime dengan tubuhnya sambil dipeluk seperti menyeruduk. Membuat langkah majunya terhenti.

     “Kakaak. Sadar kak!” Aeza menangis.

     “Lepaskan.”

     “Aku gak bakal lepasin sampai kakak sadar.”

     “Lepaskan.”

     Hime terus meninju punggung sampai kepala Aeza hingga mengeluarkan darah dari kepalanya. Tapi Aeza takkan menyerah begitu saja. Sampai tubuh Hime diselimuti api untuk melindungi dirinya, Aeza melindungi dirinya dengan perisai air secara bersamaan hingga kedua elemen yang saling beradu itu mengeluarkan uap asap.

      “Cukup.”

     Hime mulai mencekik Aeza dan meninju perutnya, kemudian mengangkatnya ke udara dengan satu tangan. Tangan kirinya memegang perut Aeza dan diangkat keatas. Dengan sekuat tenaga Aeza dilemparnya hingga terguling menabrak dinding.

     Hime terkejut. Aeza masih bisa bangun dengan kondisi sangat lemah seperti itu.

     “Maafin aku, kak. Terpaksa aku pake kekuatan rahasia ini.” Aeza memejamkan matanya.

     Hime yang ingin menyerang tiba-tiba tak bisa menggerakkan tubuhnya. Aeza membuka mata, pupilnya kini menjadi merah darah.

     Pandangan matanya bisa melihat tembus kedalam organ tubuh. Aeza melihat ada bola aneh yang berada di lambung kakaknya. Ia mencoba memuntahkan kembali isi perut kakaknya.

     Kekuatan tingkat tiga Aeza merupakan pengendali darah karena darah merupakan benda cair. Sama seperti Yuko yang bisa mengendalikan tubuh seseorang, namun ini lebih berbahaya. Posisi Aeza kini pun sedang tidak sadar seperti Hime.

     Hime yang tak bisa bergerak sesaat mulai mual. Dan memuntahkan semua isi perutnya. Keluarlah bola aneh itu dan Aeza menginjaknya sampai hancur saat menggelinding kearahnya. Aeza melepaskan kakaknya, dan kembali ke mode biasa. Darah keluar perlahan dari mata Aeza seperti nangis darah.

     “Kakak...”

     “Aeza.”

      Hime sudah sepenuhnya sadar jiwanya, tapi tubuhnya masih belum bisa bergerak. Hime terkejut karena benang-benang tipis Yuko masih melekat ditubuhnya.

     “Apa itu garis tipis yang mengikat tangan sama kaki kak Hime?” beruntung Aeza menyadarinya. Dan membuat sebilah es yang tipis dan tajam untuk memotong benang itu.

     Namun tubuh Hime kembali bergerak sendiri dan dalam posisi tubuhnya seperti ingin kamekameha. Mengumpulkan energi panas.

     “Aeza cepeet!” teriak Hime dalam jiwanya. Ia menutup mata tak mau melihat hal ini.

     Aeza melempar es itu, dan berhasil. Benang yang mengikat tubuh Hime sudah putus semua.

     Di kediaman Yuko...

     Tangannya yang sedari tadi tertarik sendiri kini dengan sendirinya terlempar, tanda benang di tangannya telah putus.

     “Gagal.”

     Aeza menatap kedepan. Ia sepertinya terlambat. Bola energi panasnya sudah meluncur dan tepat mengenai dirinya dan meledak lalu terpental terjun kebawah gedung.

     “AEZAAA...!!” Hime yang baru sadar hanya bisa berteriak. Sambil menangis  ia merangkak ke ujung gedung. Betapa terkejutnya ketika ia melihat kebawah, ada seseorang yang menangkap Aeza. Dan itu adalah  Aldi.

     “Yap, tepat waktu.” Ujarnya, yang jatuh tersungkur akibat menangkap Aeza saat berlari.

     “A... Aldi?” Hime bingung.

     “Lo gapapa?” tanya seorang perempuan dibelakangnya. Itu Indry. Ada Ivan dibelakangnya.

     “Tadi gue sempet liat pertarungan lo. Dan kayaknya lo lagi dikendaliin seseorang. Tapi itu gak penting, sekarang ayo kita bawa Aeza ke rumah sakit.” kata Indry.

     Mereka semua pergi ke rumah sakit, Indry yang menyetir mobil Hime.

     “Sial. Padahal sebentar lagi kita dapet adek kakak itu.” ujar Rio kesal. Menggebrak meja.

     “Kita bikin rencana lagi. Mumpung seminggu lagi libur akhir tahun.” jawab Yuko tenang.

     “Kumpulkan semua anggota. Kita cari anggota baru.”

Mazna X Adara [Air Dan Api] (Completed)Where stories live. Discover now