vi. gaya berbanding lurus dengan thomas sangster

16.3K 2.9K 560
                                    

Pagi ini, saya sampai di sekolah berbarengan dengan Kania.

"Halo!" sapa Kania dengan bersemangat. "Lo enggak mau teriak-teriak soal sapu terbang lagi, kan?"
tanyanya.

"Enggak," jawab saya. "Sapunya udah mendarat."

Kania tertawa. Kami berdua kemudian berjalan bersama-sama menuju kelas.

"Eh Sa, lo bawa senter lo?" tanya Kania.

Ada apa sih, antara senter saya dan Kania? Apa mereka berdua menjalin hubungan di belakang saya?! Saya, sebagai pemilik senter secara resmi, merasa dikhianati.

"Oi!" Kania melambai-lambaikan tangannya di depan wajah saya.

"Eh, iya, gue bawa."

"Pinjem dong," pinta Kania.

"Buat apaan?" tanya saya.

Kania mengangkat bahunya. "Ya enggak buat apa-apa. Gue pengen lihat aja. Abis kayaknya lucu banget. Dari kelas tujuh sampai kelas sembilan, lo demen banget bawa-bawa senter. Senternya awet lagi."

"Iya dong awet. Emang pacar lo," kata saya, bercanda.

Kania memajukan bibirnya. "Pacar gue? Siapa?"

"Mang--eh, Rangga," kata saya. Kenapa saya jadi ketularan Toara?

Kania menghembuskan napasnya. "Dia bukan pacar gue."

Saya cengo. "Hah?"

"Bukan pacar gue lagi," lanjut Kania.

Saya memelotot. "Kapan putusnya? Kok enggak heboh?"

Maksud saya, halo? Ini Kania! K A N I A! Si cewek dari segala cewek. Si cantik dari gua han--eh, maksudnya, si cantik dari segala cantik!

"Kok bisa putus?" tanya saya lagi.

Kania mengangkat bahunya. "Gue lagi males cerita. Kapan-kapan aja, ya."

"Kok enggak pada tahu?"

"Lo orang pertama yang tahu," kata Kania. "Selain gue dan Rangga, tentunya."

"Gue tersanjung."

Kania mendengus geli. "Nah, makanya, pinjemin senter lo. Gue kan udah berbaik hati ngasih lo berita terhangat, terbaru, dan terpercaya."

"Lo tinggal ngomong 'setajam kuku', dan pasang kamera, jadi deh, acara gosip," kata saya.

Kania lagi-lagi mendengus geli. "Pinjem senter lo, Arsa."

"Iya, iya." Saya merogoh tas ransel saya, kemudian menyerahkan senter saya kepada Kania. "Tapi jangan lupa, cerita-cerita ke gue kenapa lo bisa putus sama Rangga! Secepatnya, ya! Kalau bisa, nanti malem!"

Entah kenapa, saya jadi penasaran sama cerita Kania-Rangga. Ya, kalau kamu jadi saya, kamu juga pasti penasaran. Halo? Ini Rangga sama Kania. Pasangan legendaris yang kabarnya selalu adem-adem aja, kayak merek minuman--Adem Putik.

Lagi pula, lumayan kan, kalau saya bisa jadi yang pertama tahu gosip paling baru di antara banyaknya murid sekolah? Langsung dari narasumbernya, lagi.

Kania menerima senter itu dengan senang. Ia sekarang sudah sibuk memain-mainkan senter itu di tangannya. "Iya, iya. Ingetin gue aja."

Kalau begini, wajar aja sih dia dan Rangga putus. Si senter udah kayak orang ketiga.

Tapi saya enggak nyalahin Kania juga. Seingat saya, dari kelas tujuh, Kania emang yang paling bersemangat nanya-nanya soal senter saya.

Akhirnya, saya dan Kania sampai di depan kelas IX-2. Di depan pintu, bertenggerlah beberapa IX-2 yang udah menyerupai sekumpulan anak itik yang kehilangan induknya.

Just a Little SpellWhere stories live. Discover now