4 | Suka?

9K 355 1
                                    

E M P A T
❄❄❄

Suara merdu pak Mulyo terdengar nyaring sedang menghukum murid murid yang telat. Mata tassia membulat melihat Nico dihukum pak Mulyo berada di barisan belakang.

"Kamu ngapain diri disitu? Sini gabung!" Panggil pak Mulyo terdengar nyaring di telinga dan membuat murid yang dihukum melihat ke arah Tassia.

Wajah itu menatap Tassia tajam. Nico Devano. Sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Dihukum oleh pak Mulyo karena telat dan sekarang terulang lagi.

Tepat berdampingan dengan Nico berdiri di samping Tassia. Hukuman pak Mulyo memang tidak tanggung tanggung. Jalan jongkok dua kali bolak balik dari ujung lapangan sampai ujung lagi. "Tega banget sih."


Baru kali ini Tassia telat dan sialnya Tassia terkena hukuman oleh pak Mulyo. Karena posisi Nico yang berada di samping Tassia, lelaki dengan wangi acqua mendengar rengekan Tassia jelas ditelinganya.

"Semangat!" Balasnya. Sialnya lagi pak Mulyo mendengar pembicaran Nico yang terbilang cukup keras.

"Nico! Lanjutin jalan jongkoknya jangan ngomong aja!" Bentak pak Mulyo.

"Denger aja lagi dia, orang tua." umpat Nico pelan.

Tassia tertawa kecil mendengar kelakuan seniornya itu. Tassia mengiranya Nico itu dingin seperti apa yang Hani bilang tapi mungkin aslinya... gila.

Akhirnya penderitaan berakhir setelah pak Mulyo memberhentikan hukuman ini. Keringat Tassia terlihat deras di dahi. Bercucuran dan napasnya terasa cepat. Duduk dipinggir lapangan sambil menunggu pak Mulyo memberi surat keterangan telat untuk masuk kelas.

"Nih." Ucap lelaki dingin itu. Nico memberikan handuk putih dan dilempar ke arah Tassia. Lalu, pergi meninggalkan Tassia sendiri yang sedang duduk di pinggir lapangan. handuk melayang dan jatuh di kepala Tassia menutupi semua bagian wajahnya yang masih di penuhi keringat.

Tassia menyingkirkan handuk yang berada di wajahnya. Melihat siapa yang memberikannya Tassia melihat dengan kaget.

Makasih ka nico.

Senyum Tassia terlukis manis di wajahnya. Lalu membersihkan wajahnya dari keringat menggunakan handuk yang Nico berikan. Pak Mulyo sudah selesai dengan kertas telat dan memberikan kepada murid yang masih capek dengan hukumannya.

"Nggak lagi lagi gue telat." rengek Tassia sembari menyampirkan tas di salah satu punggungnya.

Guru sudah mengajar di dalam kelas. Keadaan Tassia masih capek karena hukum pak Mulyo dan ditambah lagi omelan guru. Lengkap sudah pagi hari Tassia.

"Osis kok telat? MALU MALUIN!" Cetus Fachri ketika Tassia menuju tempat duduknya.

Tassia menoleh ke Fachri dan hanya tersenyum kecut mendengar perkataan Fachri. "Nyadar diri kali mas, emangnya gak pernah telat apa?"

"Ya gue sih cowo masih wajar, lah lo?!"

"BERISIK BANGET LO BERDUA!" maki Darren yang nyatanya terganggu dengan hantaman kata dari Fachri dan Tassia.

Tidak menanggapi omongan Fachri, Tassia langsung duduk di tempatnya dengan wajah yang sudah sangat lelah terlebih di tambah melihat Fachri.

Coldest Senior✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora