70 | Good bye, Coldest Senior.

4.7K 109 12
                                    

-See you

TUJUH PULUH
❄❄❄

Your attention please, passengers of Garuda Indonesia on flight number GA*** to Hamburg International please boarding from door A12, Thank you.

Suara announcer sudah terdengar di seluruh terminal bandara.

"Lo nggak mau nunggu Tassia?" Ucap Rega sentak saat melihat Nico tiba tiba berdiri untuk mempersiapkan diri.

"Udahlah, lagian juga kaki Acha masih sakit." Nico melihat jadwal pada layar besar diatas sana. Ia seharusnya sudah boarding.

Nico melihat ke Bunda Tari dan langsung memeluk dengan erat. "Bun, jagain papa ya."

"Sama gue nggak mau ada acara peluk pelukan nih?" ledek Rendy, tangannya melebar siap untuk menerima pelukan Nico.

Tatapan Nico sinis ke Rendy. Rendy langsung diam. "Oke."

"Kalau udah sampai, kabarin Papa atau Bunda." sahut Rianto menepuk putranya dengan penuh kasih sayang. Matanya melirik ke Lucas yang juga berdiri diantara mereka. "Lucas, atur semua kebutuhan Vano disana ya."

Lucas mengangguk, dan segera membawa pergi Nico.

Semuanya melihat punggung Nico yang semakin lama semakin menjauh dan hilang di balik tembok.

❄❄❄

"Ibu kenapa nggak bangunin acha?" oceh Tassia sibuk seraya merapihkan pakaiannya. Dirinya sendiri sudah terlalu panik, dan gelisah tidak bertemu Nico. Pasalnya ia melihat jarum jam sudah melebihi batas janji dengan Nico.

"Cha, pelan pelan, kaki kamu masih sakit." sahut Sofie memperhatikan Putrinya yang benar benar bolak balik di dalam kamar.

Tassia berhenti dan menatap ibunya di lengkapi dengan senyuman manis miliknya. "Bu, kaki acha nggak apa."

Sofie diam. Ia membiarkan Putrinya pergi ke bandara untuk melihat Nico. Toh juga ia percaya Lio yang mengantarnya juga akan menjaga kondisi Tassia.

"Lio, jaga Tassia ya." ucap Sofie menepuk pundak anak muda di sebelahnya.

"Siap Tante, aku bakal jaga Acha kayak adik sendiri." Lio herpamitan mengantar Tassia ke Bandara.

Selama perjalanan, Tassia tak henti hentinya melihat arloji yang melingkar di tangannya. Lalu melihat kembali ke luar jendela. Selanjutnya melihat Lio dengan tatapan penuh kegelisahan. "Lio, ini nggak bisa lebih cepet dikit?"

"Macet, Cha." kata Lio, sibuk menyetir.

"Aku naik ojek online aja deh!"

Tassia hampir melepas sabuk pengamannya untuk keluar mobil. Tapi Lio berhasil mencegah Tassia.

"Kaki lo masih bengkak. Mikirin diri sendiri sebelum lo mikirin orang lain." matanya tidak menangkap jelas wajah Tassia. Tapi Lio berhasil membuat diam Tassia. "Nico nggak mau lo kenapa kenapa, cuman gara gara dia."

Tassia diam melihat ke depan.

Sampai di bandara, Tassia langsung berlari memasuki bandara dengan sangat tergesah gesah. Lio mengikutinya dari belakang. Betapa lincahnya Tassia sedangkan kakinya terlihat bengkak.

Gadis itu berlari ke sana kemari, seperti orang kehilangan arah. Ya, Tassia bukan kehilangan arah, Tapi dia kehilangan waktu berharganya.

Berhenti di depan papan canggih yang menampilkan waktu penerbangan. Mata Tassia menangkap jelas, penerbangan Nico sudah dilewatkan. Tassia menghela napasnya begitu kasar. Sambil diam dan menutup matanya, meninggalkan jalur air mata di pipinya.

Coldest Senior✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang