LIFE. 03 : MALAPETAKA YANG INGIN KURAHASIAKAN

9 1 0
                                    

Setelah kami beberapa lama terus terbang, Erio kembali berada di dekatku tanpa memeluk karena aku yang tidak mau dipeluknya lagi. Sempat aku bisa memegang basah di telingaku karena air liurnya Erio yang masih tertinggal. Dia ini mendewakan telinga?

Akhirnya sebuah kota dengan kepadatan yang cukup tinggi berada di depanku. Kami langsung turun dari naga di sisi kerajaan, dekat dengan dungeon agar tidak ada keributan. Tetapi jika aku bilang kami terlalu jauh dari kota untuk memarkirkan naga! Kota Redgrand. Setelah aku mendengar dari Erio. Kota ini adalah kota yang selalu padat oleh para petualang. Jarang sekali ada yang memiliki perumahan di kota Redgrand, semuanya hanya berkunjung kesini. Isi kota ini hanyalah pertokoan dan insdustri senjata perang.

Jika ditanya kenapa, disini isinya hanya bangsawan dan jika ada orang miskin kurasa mereka akan menjadi kelompok minoritas yang gengsi. Kota Redgrand itu padat karena terkenal dengan sumber daya besi dan tembaganya yang tinggi. Disini adalah tempatnya jika kau ingin menemukan senjata yang kuat. Jadi para petualang dan para tentara biasa datang kesini untuk membeli senjata.

Senjata yang memiliki rune saja pun banyak. Sampai kualitasnya tinggi bersamaan dengan harganya yang ikut meninggi juga ada. Tidak aneh jika kualitas senjata dari kota Redgrand itu selalu bagus, karena kota ini adalah pusatnya pandai besi. Apa ini tempat yang pas untuk kencan?

Setelah mendekati gerbang masuk, kami cukup diperhatikan oleh para penjaga gerbang. Mereka melihat kami sebagai... sesuatu yang aneh. Kurasa memang tidak aneh jika mereka melihat itu, karena kami bertiga seperti keluarga yang aneh. Satu, Erio yang terlihat seperti orang timur berambut pirang dan memakai baju timur yang aneh. Dua, Adiwijaya yang memakai pakaian rapih bagaikan bangsawan, dengan umurnya yang sangat tua di rambutnya. Ketiga, aku yang memakai pakaian layaknya orang sakit dengan rambut yang berantakan terkena angin.

Sialan... bahkan ada yang tersehnyum melihatku, bukan karena suka melihatku atau tertawa bersamaku. Tetapi dia tersenyum menertawaiku. Otomatis raut wajahku berubah, aku merasa sangat jengkel. Erio terus tersenyum sambil melihat ke sekeliling.

Tanpa berkata apa apa, Erio dan Adiwijaya yang tadinya berjalan semakin jauh ke area pertokoan kota, kini tiba tiba berhenti. Otomatis, aku pun ikut berhenti. Adiwijaya terlihat melihat dan mengamati sekitar, begitu pun dengan Erio.

Terus dipegangi, tanganku benar benar terkunci oleh tangan Erio. Disini cukup ramai jadi Erio bilang padaku untuk terus memegangnya dan tidak pergi kemana mana. Aku ini bukan anak kecil, aku tidak akan tersesat. Tetapi hal ini cukup bagus juga untuk kencan pertamaku.

Bangunannya terlihat kokoh, tetapi ramai dengan warna warni di sekitar ruas jalan. Di setiap sisi jalan terdapat pedagang kaki lima, bahkan ada yang mengampar lapaknya dan memperlihatkan barang dagangannya. Terdapat juga sebuah toko makanan atau pun hotel untuk menginap.

Benar saja... disini tidka terlihat seperti perumahan, disini isinya hanya ada penginapan dan toko. Jika ada rumah pun sepertinya itu adalah rumah para bangsawan. Di sebuah bukit dari jalan pasar itu, kulihat ada sebuah istana yang megah berhiasan bendera berwarna merah.

Erio menatapku, mengamati apa yang kulihat dia hanya tersenyum kecil. Dia seperti berkata 'lihatlah anakku, ini adalah pasar yang ramai'. Sungguh rasanya aku tidak diperlakukan bukan sebagai pacar, tetapi sebagai anak! Tetapi ya, kurasa tidak ada salahnya juga sih. Erio sangat baik kepada siapa pun, sepertinya.

"Rambutmu kusut karena angin itu ya, mari ke salon. Kita rapikan rambutmu. Dan Adiwijaya, tolong lakukan tugasmu." Ajak Erio, ia pun berbalik sambil melambaikan tangan sebagai tanda berpisah dengan Adiwijaya.

"Siap, baiklah aku akan berhati hati. Tenang saja, kurasa tindakan ini akan membuat kecurigaan." Dengan ketus Adiwijaya menyiratkan bahwa dia tidak suka disuruh. Melambaika tangannya juga, kami kembali mulai berjalan tetapi dengan arah jalan yang berlawanan.

ENDLESS CARD WORLD : NEVER ENDINGWhere stories live. Discover now