LIFE. 04 : SEMBUNYI SI KANAN TIDAK KETAHUAN SI KIRI (part 1)

12 1 0
                                    

"Aku akan menyusul raja Askar, untuk memastikan apa ksatria yang mengetahui Lola adalah mahluk lain sampai di telinga kucing itu. Dan aku akan membunuhnya demi kepuasanku, setidaknya aku memberinya keuntungan mungkin karena dia sudah terlihat tua, aku akan membuatnya terlihat muda." Gumamku saat sampai di dalam lembah dekat dengan naga dan dungeon yang sempat kita parkirkan, naga itu sedang tertidur nyenyak di belakang kami.

Padahal aku yang menjadi Major Arcana Temperance disini, tetapi kenapa penduduk lain yang kena getahnya, mereka dibunuh dan diperkosa dan bahkan digandeng kepalanya. Ini benar benar malapetaka psikis. Ini lebih buruk daripada malapetaka bencana alam. Apa aku harus membuat badai lebih besar untuk Kota Redgrand. Kuharap malapetaka ini reda.

Apa ini? Kenapa dia membicarakan Major Arcanaku. Sialan... terus merangkul Lola di tanganku, aku tetap menatap kota Redgrand di kejauhan. Terdapat kepulan asap disana, dan sebuah awan hitam berkumpul atas perintahku. Setidaknya kubuat hujan yang lebat agar semua kebakaran yang ada di kota Redgrand padam. Aku pun akhirnya agak menyukai kota itu.

"Kalau begitu aku akan ikut." Adiwijaya berada di sisi kananku mendekatiku, dengan sebuah opininya. Adiwijaya terlihat basah seperti kucing yang dijatuhkan ke sumur. Air hujan mengenaiku juga, padahal aku baru saja mendandani Lola dengan pakaian yang cantik. Karena air hujan, gaun yang baru saja kubeli itu ikut mulai basah.

Raut ketakutan tergambar di wajah Lola terus berada di sana. kau pun takut ya, maaf Lola... telah membuat dirimu masuk ke dalam masalah seperti ini. Padahal dia yang menciptakan semua ini, aku yakin, Lola adalah kunci semua ini.

Tetapi kurasa dia tetap gadis cantik yang rapuh, setidaknya... aku akan melindunginya selama mungkin yang kubisa. Saat itu, kuharap Lola pun ikut melindungiku. Rambut Lola sudah basah, aku menyeka rambut yang ada di pipinya dan menyisirnya ke telinganya. Kulihat telinganya diantara rambut yang basah... aah indahnya, sebuah tetesan air melengkung jatuh dari hujan ke telinganya.

"Ah... jangan dipegang. Aku lagi ga mood, jangan memulai candaan." Menjauhkan tanganku dari telinganya, dia terlihat sebal. Hehe, imut.

"Baiklah... saat ini yang harus kita lakukan adalah. Ah Adiwijaya, kau bisa menjaga Lola." Dengan pelan aku melepaskan rangkulan tanganku dari Lola.

"Eh?" kaget, Lola menatapku serius.

"Baiklah... kenapa tidak, kau ada di dekatku kan? Kau pun harus menjaga Lola. Dia materi berhargaku, aku tidak mau kehilangannya." Ya, aku tahu. Mendengarnya Lola langsung menatap Adiwijaya dengan jijik. Adiwijaya sangat suka meneliti sih.

"Aku bukan materi untuk penelitianmu!" ahaha... Lola kembali marah, dia ini tipe malu malu tapi suka ya. Tidak buruk juga.

"Tidak, kau tidak akan ikut bersamaku Adiwijaya. Aku akan pergi sendiri." Dengan tegas aku tersenyum menyiratkan, 'tidak ada yang boleh membantahku'. Untungnya Adiwijaya adalah juniorku dan dia cukup patuh kepadaku. Karena kami mempunyai tujuan yang, jadi kita ini cukup serasi jika dijadikan sebagai rekan kerja.

"Huh? Kenapa? Aku akan mengikutimu Erio! Aku juga ingin membunuh Askar, aku akan membawa kartunya sehingga dia tidak hidup lagi." Dengan ketus Adiwijaya membantahku. Dia mendekatiku beberapa langkah dan menatapku dengan serius.

"Tidak, saat ini aku ingin kau kembali ke Redgrand. Mencari tahu apa yang ia lakukan pada Clarentin. Cari tahu setiap informasi dan kumohon kau mencari juga ksatria yang memiliki armour penyok di punggungnya. Bunuh dia, tidak ada yang boleh mengetahui Lola itu special." Tersenyum simpul, aku memerintah Adiwijaya.

"Dengan kata lain, kau akan mencarinya sendiri Askar ada di mana? Kau tak tahu dimana dia! Ini percuma!" membantahku, Adiwijaya terlihat kesal.

"Tidak, setidaknya mungkin aku bisa mengikuti kearah mana raja Askar pergi. Dengan itu saja sudah cukup untukku memburunya, lagi pula aku bisa melayang dengan cepat ini. Hal seperti ini mudah untukku." Melangkah mundur beberapa langkah, menandakan aku akan meninggalkan mereka berdua, aku tersenyum mengatakan 'semuanya baik baik saja'.

ENDLESS CARD WORLD : NEVER ENDINGOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz