#18.1

372 24 0
                                    

Entah sudah keberapa kali aku menoleh ke belakang, ke arah Deva, tetapi ia tidak sekalipun menoleh ke arahku. Aku jadi penasaran jangan-jangan Deva mengajakku untuk pulang bareng tadi hanya khayalan. Karena sebentar lagi bel mau berbunyi dan sejak masuk jam kedua tadi Deva terus sibuk dengan handphone-nya.

Aku menoleh ke arah tempat duduk Deva di belakangku, berusaha membuat perhatiannya terpaku padaku, tetapi ia malah sibuk menunduk dan tangannya yang bergerak memperlihatkan bahwa ia sedang sibuk menggunakan handphone. Aku beralih ke cowok yang duduk di sampingnya, Yasa sedang menaikkan alisnya kepadaku dengan sikap riangnya, dan aku tersenyum. Kemudian kembali menghadap ke depan.

Baiklah, nanti saja.

Tapi ketika bel istirahat berbunyi, tepat saat aku sedang memasukkan buku-bukuku ke dalam tas, Deva melesat begitu saja melewatiku dan berlari keluar kelas. Aku membelalak melihatnya. Walaupun aku tidak tahu kenapa tiba-tiba merasa kaget ketika melihat wajah Deva yang panik, dan itu bukan karena aku, tapi itulah yang terjadi. Hatiku seperti ditusuk-tusuk, melihatnya keluar dan aku bahkan tidak tahu apa yang tengah terjadi. Tapi entah mengapa aku tahu siapa selain aku yang bisa membuatnya bersikap seperti ini.

Lilia.

Ya ampun, apakah aku akan pernah merasa aman dan nyaman bersama dengan Deva jika Lilia terus-terusan berada di sekitar kami?

Tubuhku lesu, aku bahkan tidak lagi berniat memasukkan barang-barang ke dalam tas dan hanya membiarkannya tertutup di atas mejaku. Sekarang aku harus apa? Aku bisa saja sms Deva saat ini, tapi aku tidak tahu apa yang terjadi pada Deva dan ia bahkan tidak repot-repot memberitahuku.

Aku menoleh ke belakang, dan mendapati Yasa sedang bicara kepada salah satu teman kami. Aku terus menatapnya, menunggu Yasa menoleh kepadaku. Ketika ia menoleh kepadaku, ia secara sopan menyingkir dari teman ngobrolnya dan berjalan kepadaku. Kemudian ia berhenti di depan mejaku. Melihat suasana kelas yang sudah mulai kosong, aku memutuskan untuk bicara pada Yasa di kelas saja.

"Kenapa, Nad?"

"Ehm... Deva ada masalah apa ya?" tanyaku langsung.

Yasa menaikkan alisnya, kemudian mengangkat bahunya "Nggak ngerti gue. Deva daritadi diem mulu, sibuk chattingan. Waktu gue nanya, dia cuma bilang lagi urgen aja gitu, trus dia lari dah tuh keluar."

Aku menggigit bibir mendengar penjelasan Yasa. Pasti ekspresiku begitu jelas hingga Yasa menanyakan pertanyaan berikutnya.

"Kenapa, Nad? Lo butuh gue buat cari tau Deva kemana?"

"Ehm..." Aku berfikir "Nggak usah deh, Yas, palingan ntar juga kita ketemu kok di rumah."

Menyadari bahwa aku mengungkapkan pernyataan Deva tidak akan pulang bersamaku membuat harapanku untuk kembali memiliki hubungan baik dengannya menjadi musnah.

Akhirnya Yasa menganggukkan kepalanya dan kami mulai mengobrol hal lain Hingga seruan seseorang membuat fokusku teralihkan.

"Eh, apaan tuh!"

Sontak aku menoleh ketika anak-anak yang tersisa di kelasku mulai berhamburan keluar kelas. Aku memandang ke arah Yasa, tapi Yasa juga tidak tahu menahu apa yang tengah terjadi, hingga aku mendengar salah seorang murid berkata.

"Lho, itu bukannya Deva?"

Reflek aku langsung berdiri, dan karena sangat ingin tahu apa yang terjadi aku ikut berhambur keluar kelas dan mendapati anak-anak sekolah sudah berada di luar kelas mereka, melihat apa yang terjadi di sepanjang lorong. Dan aku melihat Deva disana.

Ia sedang menggendong Lilia, yang entah bagaimana ceritanya ia berada di lengan Deva dalam keadaan memeluk erat Deva dengan tubuhnya yang bergetar.

Pasangan bukan Pacar [Complete]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن