Tom Riddle

4.2K 402 6
                                    

© Harry Potter and The Chamber of Secrets by J.K. Rowling

Mataku mengerjap saat matahari menembus gorden. Aku membuka mataku perlahan dan bangun. Setelah membersihkan diri dan mengganti pakaian, aku mengikuti teman-temanku turun ke Aula Besar untuk sarapan.

Aula Besar selalu saja penuh dengan murid-murid dari berbagai asrama di pagi hari. Meski mereka semua terpisah karena setiap asrama duduk di satu meja panjang yang berbeda, tapi tetap saja menyenangkan melihat semua orang di Hogwarts bisa berkumpul bersama tanpa keributan seperti ini.

Aku dan teman-temanku pun berjalan menuju meja besar tempat para Gryffindor berada. Di ujung meja, pandanganku sekilas jatuh pada Harry Potter yang tengah berbincang seru dengan kakakku dan teman mereka Hermione Granger.

Musim panas lalu, Ron tak henti-hentinya menceritakan petualangannya menghentikan Kau-Tahu-Siapa bersama Harry Potter dan Hermione Granger. Itu adalah petualangan yang mendebarkan, juga nyaris merenggut nyawa mereka--kata Ron entah dilebih-lebihkan atau tidak. Aku tentu saja segera merasa semakin menyukai Harry Potter karena keberanian dan kegigihannya melawan Kau-Tahu-Siapa. Tapi kemudian, nama Hermione Granger mulai menarik perhatianku juga.

"Oh Hermione Granger itu teman baruku. Dia kelahiran muggle, tapi dia sangat hebat kau tahu. Dia selalu bisa menjawab pertanyaan para professor, dia seperti buku berjalan! Maksudku dia bisa menghapal segala hal yang ada di buku, aku sampai heran bagaimana dia bisa mengingat semua hal di kepalanya yang kecil itu. 

Pertama kali aku dan Harry bertemu dengannya, kami sepakat bahwa gadis itu sangat sombong--benar kok! Semua orang di Gryffindor juga setuju dengan ini, dia hampir tak punya teman! Tapi kemudian, setelah kami menyelamatkannya dari serangan troll, kami mulai menyadari bahwa Hermione adalah anak yang baik. Dia selalu membantu kami dengan PR kami, juga tanpa dia aku dan Harry yakin tak akan mampu menghentikan Kau-Tahu-Siapa," jelas Ron panjang lebar ketika aku bertanya siapa itu Hermione di musim panas kemarin.

Dan setelah aku melihatnya langsung. Aku baru menyadari bahwa dia adalah satu-satunya gadis yang mampu dekat dengan Harry Potter. Mau tak mau, aku juga harus mengakui bahwa dia juga satu - satunya gadis yang paling cocok jika harus bersama Harry Potter.

"Ginny?? Kau melamun?? Ayo, kita bisa terlambat nanti!" Romilda Vane--teman baruku--menarik tanganku dan kami mengambil tempat di kursi panjang jauh dari Harry Potter.

Aku mengambil makanan seadanya--roti panggang, selai, sosis dan jus labu. Setelah melihat Harry rasa laparku menghilang, malah perutku terasa mulas saat membayangkan aku harus mendekatinya.

Mataku tertunduk menatap buku bersampul hitam yang teronggok dimeja, sudut mataku melirik Harry Potter yang masih asyik dengan Ron dan Hermione. Oh demi Merlin! Mengapa aku tidak bisa bersikap normal jika di depan Harry?? Bukankah Harry hanya manusia biasa?

"Gin, cepat habiskan makanmu, pelajaran Professor McGonagall akan mulai sebentar lagi," Desak Romilda Vane.

Aku sudah tidak bernafsu, jadi aku meletakkan sendok dan garpuku begitu saja lalu segera berdiri.

"Sebentar ya, ada yang mau kutemui," kataku pada Romilda sebelum ia juga ikut berdiri.

"Siapa?" tanyanya penasaran. Dia selalu saja penasaran tentang segala hal.

"Seseorang," jawabku seadanya.

Aku menghela napas bekali-kali. Mataku terpaku pada Harry Potter, berusaha memberanikan diriku mendekatinya. Tapi baru saja langkahku bergerak satu senti, ternyata Colin Creevey lebih dulu mendekati Harry, aku melihat mereka berbincang, mendadak aku iri pada Colin, ia bisa dengan mudahnya mendekati Harry.

Mrs. Potter (Love Story) [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora