Final Waiting

4.1K 258 30
                                    

Semuanya terasa samar bagi Ginny, rasanya ia hampir lupa hari - hari yang ia lewati semenjak terakhir ia bertemu Harry.

Kemarin, untuk pertama kalinya ia bersama ibu dan ayahnya mengunjungi Diagon Alley, hanya bertiga. Untuk pertama kalinya ibunya tidak membawa atau membeli terlalu banyak barang.

Mereka kembali hanya satu jam setelah mereka pergi.

" Ginny kau sudah siap?? "Panggil Mrs. Weasley dari luar

Pada akhirnya Ginny menyerah, beberapa hari sebelum mereka berbelanja di Diagon Alley, Ginny sempat ditawari agar tidak perlu kembali ke Hogwarts. Hampir saja Ginny menyetujuinya, mengingat ia sudah tidak memiliki semangat lagi kembali ke Hogwarts, namun terkurung disini bersama Bibi Muriel adalah gagasan yang lebih buruk.

Ginny bangkit dan menarik kopernya keluar kamar. Dibawah ibu, ayah dan kedua kakak kembarnya sudah menunggunya.

" Biar kubawakan "Kata Fred mengambil alih koper Ginny

*

Hogwarts tanpa Harry,  Hermione, Ron, Dumbledore dan sebagian besar lainnya hanyalah mimpi buruk. 

Kenyataannya begitu bagi Ginny, ia tidak merasa seperti 'dirumah' begitu menatap bangunan megah Hogwarts. Ia merasa seperti tamu yang singgah di rumah orang lain, entah bagaimana, Dumbledore seakan pergi dengan membawa seluruh kehangatan yang ada di Hogwarts. 

Seperti biasa, para murid Hogwats duduk di meja panjang selagi menanti acara Seleksi--yang untuk pertama kalinya dalam hidup Ginny--terlihat begitu sedikit. 

Hampir kesemua mereka, diseleksi dan masuk ke asrama Slytherin. Gryffindor hanya mendapat lima anggota tambahan tahun ini, dan entah bagaimana, ini tidak mengejutkan Ginny. Selain para anggota Slytherin, yang keamanannya jauh lebih dijamin, mana ada yang masih mau memasuki Hogwarts lagi? 

Severus Snape sebagai kepala sekolah yang baru, memimpin pidato, dengan menyebutkan banyak sekali peraturan baru di Hogwarts, seakan Hogwarts adalah sekolah yang baru. Snape juga mengenalkan beberapa guru baru yang terlihat asing diantara Professor McGonagall, Slughorn, Flitwick dan Sprout. 

Ginny mendengarkan, tapi tidak semuanya. Begitu makanan disediakan dengan jumlah yang luar biasa pun, ia merasa tak berselera seperti biasa. 

Neville disampingnya juga tertunduk diam, meski mereka tak bicara mereka tahu, mereka berdua sama - sama kehilangan banyak sahabat terbaik dan terhebat yang pernah mereka miliki di Gryffindor. 

Setelah selesai makan malam, Ginny dan Neville berjalan bersisian menuju  Ruang Rekreasi Gryffindor. Lorong - lorong yang ia lewati bersama Neville masih begitu sama dengan yang ia lewati selama enam tahun, tapi entah bagaimana hari ini rasanya asing.

Begitu mereka sudah sampai di Ruang Rekreasi, segala pertahanan Ginny runtuh. Disana, kursi berlengan didepan perapian masih begitu sama dengan terakhir kali ia, Harry, Ron dan Hermione duduki. Namun,  sekarang terasa begitu dingin meski didepan perapian yang berderak. 

Segera saja Ginny berlari menuju kamar tempatnya yang biasa, ditempat yang barang - barangnya sudah diletakkan diujung ranjang. Ia menumpahkan seluruh kesedihan yang berusaha ia simpan semenjak menginjakkan kaki ke Hogwarts lagi. 

" Jika kau pikir aku kuat Harry, maka kau harus tahu, bahwa kau salah menilaiku "Bisik Ginny

*
Di sudut hutan, beribu kilometer dari tempat Ginny berbaring, terdapat seorang laki - laki yang masih terjaga didepan tenda, dengan peta di tangannya. 

Matanya yang dilapisi kacamata, terus menatap sebuah titik bernama Ginevra Weasley. Dan tersenyum senang karena melihat dia sudah sampai dengan selamat dikamar Gryffindor.

Mrs. Potter (Love Story) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang