chapter 5

3.8K 371 34
                                    

Disclaimer : Massashi Kishimoto
Ugly girl : B Broke
.
.

Koridor sekolah nampak lenggang, hanya ada segelintir siswa siswi sekolah yang asik bersenda gurau di tempat-tempat tertentu atau hanya sekedar lewat, karena di waktu waktu seperti ini nyaris seluruh siswa lebih memilih menghabiskan waktu di kantin atau yang tergabung dalam anak berandalan memilih keluar sekolah untuk mencari tempat merokok dan melepas penat.

Di satu tempat, dimana tidak banyak disambangi orang lain selain tukang kebun. Halaman sekolah yang terbengkalai dengan rumput-rumput liarnya yang meninggi, di balik tembok gedung, seorang siswa tengah memerangkap tubuh sorang siswi dengan dua tangannya. Mereka saling menatap dalam jarak cukup dekat, saling bertukar hembusan nafas dan saling memperdengarkan detak jantung mereka masing-masing yang menggila.

Jika dilihat sekilas, mereka seperti sepasang kekasih yang memadu cinta. Tapi tidak, mereka atau sebut saja Sasuke dan Naruto sedang dalam mode saling bertukar deathglare. Melihat bagaimana ekspresi mereka ketika saling bertatapan sudah menjadi bukti bahwa keduanya marah dengan alasan yang berbeda. Sasuke yang kesal karena dilecehkan di hadapan semua orang karena gadis di antara lengannya ini, juga Naruto yang marah karena Sasuke sudah seenaknya menyeret dirinya ketika hendak bersantap ria. Orang mana yang tidak akan marah ketika tengah kelaparan dan nyaris memasukkan makanan ke dalam mulut, tiba-tiba saja ditarik dan dibawa lari. Apalagi dengan seenaknya Sasuke mengusir Toneri dengan cara seperti itu. Ia bukannya suka di dekati Toneri, tapi yang namanya manusia juga pasti ada rasa khawatir. Jangan-jangan Toneri marah padanya juga atau bagaimana. Pria aneh itukan menakutkan.

Mereka masih saling memicingkan mata, menatap dengan pandangan paling tajam yang mereka bisa. Tak ada yang bersuara atau bahkan mengedipkan mata.
Sampai beberapa saat berlalu, Naruto mulai meneteskan air mata, "Aahh, perih!" Seru gadis itu sambil mengusap matanya yang memerah berair. Sasuke berseru senang, ia cepat-cepat mengedipkan matanya yang telah memerah karena terlalu lama tak berkedip untuk menetralkan pedihnya. Kemudian menegakkan punggungnya, tapi masih memerangkap tubuh gadis pirang itu di tembok.
"Chk, berhenti tertawa. Cepat katakan mau apa!" Naruto berseru kesal, tangannya sibuk mengusap air mata yang tak berhenti meleleh.
"Pria itu, siapamu?" Tungkas Sasuke cepat, ia terlalu penasaran sampai rasanya ingin segera pergi menggunduli si mayat Toneri.

Naruto diam sejenak, setelah matanya mulai membaik, ia membalas tatapan Sasuke seraya bersidekap dada. "Memangnya apa urusanmu kalau dia ada hubungan denganku. Jangan sok kenal ya, tiga hari ini aku sudah lelah memikirkan bagaimana nasipku kedepannya karena kau sok dekat padaku tahu."
Bibir tebal Sasuke mengerucut, gatal sekali rasanya karena harus menahan diri untuk tidak menjungkirbalikkan gadis di depannya. Ia ingin segera memberitahu Naruto bahwa mereka adalah sahabat lama. Tapi ia tidak ingin rencana yang telah ia susun matang matang jadi berantakan karena ia membuka kenangan lama. Rencananya setelah mereka menjadi sepasang kekasih, saat itulah ia akan membuka semuanya.
Ia bahkan ketika pertama kali bertemu gadis itu sejak sekian lama, semalaman tidak bisa tidur karena terus mengutuk Naruto yang pikun, melupakannya dengan mudah seperti itu.

"Hei, jangan diam saja, jawab pertanyaanku." Tuntut Naruto saat sama sekali tak mendapat jawaban dari Sasuke. Ia bisa melihat bagaimana mata Sasuke menampilkan kekecewaan, tapi ia langsung menepisnya karena tak ingin menduga-duga.
Tapi ucapan Sasuke berikutnya membuat ia shock setengah mati.

Pria itu memintanya untuk menjadi pacarnya, sebagai jaqabannya Naruto sama sekali tidak mampu bersuara. Ia hanya menggelengkan kepalanya keras. Ia ingat bagaimana pria-pria tampan yang pernah menjadi kekasihnya hanya untuk mempermainkannya atau memanfaatkannya, membuatnya sakit hati. Jadi ia merasa tak yakin dengan Sasuke.
"Kau menolak ku?" Bibir tebal itu berucap lirih, selayaknya orang yang putus asa, Sasuke menurunkan pandangannya ke arah pijakan. Sama seperti Naruto yang menundukkan kepala. Ia berusaha menetralkan rasa gugupnya. Setelah itu menghela nafas.
"Tidak, aku tidak akan menjawab itu. Aku ingin punya teman, tapi meskipun kau ingin jadi temanku, aku tidak bisa menerimanya. Dunia kita berbeda Sasuke, seperti sebuah drama, aku wanita dengan segala kekurangan. Dan kau pria populer yang punya banyak penggemar. Aku takut kejadiannya seperti di kebanyakan cerita. Aku tak mau di bully lebih dari olok olokan."

"Aku tahu aku egois dan pengecut. Tapi aku terlanjur mencintai kesendirianku, aku nyaman ketika orang lain mengabaikanku, dan aku merasa aman karena jelek. Tidak akan ada pria penggoda yang tertarik pada wanita jelek. Mereka akan fokus pada wanita-wanita cantik di sekelilingku. Jadi, jangan lakukan lagi. Jangan menggodaku lagi, aku takut menjadi pusat perhatian." Jelas Naruto panjang lebar. Gadis itu sempat diam beberapa saat dan akhirnya dapat menyuarakan isi hatinya. Diam- diam, ia menghela nafas panjang.

Mendengar penjelasan dari Naruto tidak membuat Sasuke berekspresi. Pria itu tetap terpaku tak bergerak sedikitpun, tetapi dapat ia rasakan bahwa hatinya sangat panas, ia tak suka ketika gadis kesayangannya merendahkan dirinya seperti itu. Gadis itu boleh saja menganggap dirinya jelek, tapi bagi Sasuke, Naruto adalah gadis yang manis. Ia punya bentuk wajah oval yang pas. Pahatan hidung yang bangir dan bibir bawah tebal sedangkan bibir atasnya agak tipis. Ia mungkin tak secantik Sakura, ataupun kakak kelas mereka yang bernama Hinata. Tapi Naruto selalu punya sesuatu yang unik, yang membuatnya betah berada dekat dengan gadis itu lebih lama.

Jadi ketika Naruto mewanti dirinya untuk menjauh, ia tak akan mau, tak akan bisa dan tak akan sanggup. "Whatever. Kau menolak ku maka aku akan berusaha dengan keras lagi. Itulah yang biasanya dilakukan tokoh utama di telenovela romance kesukaan ibuku, dobe. Siap siap, oke?" Sasuke berucap pelan. Iapun menaikkan pandangannya, menatap Naruto dengan tajam sebagai tanda bahwa ia serius.

Naruto sendiri menelan ludahnya dengan susah payah, ia merasakan firasat buruk ketika Sasuke mendekatkan wajahnya pelan pelan ke arah wajahnya. Bayangan dua orang kekasih saling berciuman membayangi benaknya.

Deg deg deg!
Suara detak jantung Naruto yang memburu, terdengar sampai ke telinganya sendiri. Bahkan nafasnya menjadi tercekat dan telapak tangannya mengeluarkan keringat dingin. Dia gugub, si sisi lain ia merasa takut. Ia belum pernah berciuman, dan dia tidak ingin memberikan ciumannya pada sembarang pria, ia ingin hanya suaminya kelaklah yang memulai semuanya.
Jadi ketika Sasuke sudah nyaris menyentuhkan bibir mereka ia reflek mengepalkan tangan dan menghantamkannya pada ulu hati pria itu.

Dan begitu Sasuke melepas kunciannya ia berlari kencang meninggalkan pria muda yang kesakitan di belakang sekolah sendirian.

Naruto telah lama tak merasakan ketakutan yang sangat. Ia benci perasaan seperti itu, dan sekarang ia merasakannya lagi. Ia terus berlari, meski tak begitu kentara, tetapi ia menangis tanpa suara.
Ia hanya ingin hidup tenang seperti biasanya, tapi sepertinya mulai saat ini ia tak akan bisa mengharapkan perasaan tenang itu lagi. Karena ia melihat seorang gadis salah satu penggemar Sasuke menatapnya benci dari arah yang sama ketika ia dan Sasuke memasuki halaman belakang sekolah.
.
.
.
.
Tbc

Author note :
Makasiiiih, makasih banyak vote sama komentarnya. Saya seneng banget kalo cerita saya ini bisa menghibur kalian. Yang udah masukin cerita saya di RL, matur nuwun sanget nggeh..
Moga betah and nggak bosen baca cerita saya
.
Makasih juga buat kalian semua yang udah mampir baca sampai chap ini.. hohoho
.
Yang nyari Toneri, chap depan bakal keluar lagi..
.
.
Mungkin banyak kalimat yang rasanya janggal kalo di baca. Maklumi saja y, soalnya ini ngebut coz hape- nya udah di ujung tanduk minta di isi batunya.
.
See ya!
Salam hangat
B Broke ganteng

Ugly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang