chapter 9

3.1K 291 36
                                    

Disclaimer : Massashi Kishimoto
Ugly girl by : B Broke
.
.
.

Sebelumnya, yang penasaran sama image- nya Otsutsuki Toneri di otak saya, silahkan lihat pic di atas.
Tapi itu bukan Toneri y sebenernya
.
.
.

Malam semakin larut, sang Dewi bulanpun terlihat lebih terang dari biasanya, berbentuk bulat bagai cermin yang memantulkan cahaya.
Angin dinginpun berhembus, dan menerbangkan beberapa helai daun, serta menyibak pada kurden yang masih terbuka. Naruto, gadis dengan rambutnya yang terang serta bermata shafir indah berkilauan masih tak sanggup menutup mata, meski jam telah menunjukkan pukul tengah malam. Ingatannya masihlah berlabuh pada kejadian di siang hari tadi, dimana Toneri mengultimatumkan untuknya menjauhi Sasuke. Padahal pria itu juga tahu kalau Sasuke bukanlah pria istimewa di hatinya, Sasuke itu sahabatnya, teman dekat satu satunya yang ia rindukan.

Naruto telah sadar, menangisi kekalahannya untuk ke dua kali itu adalah hal konyol, jadi ia hanya termenung memikirkan semuanya. Gadis itu mengingat pertemuan pertamanya dengan Toneri, senyum yang pernah Toneri berikan pertama kali padanya, dan senyum yang terekam lekat pada otaknya yang semi tumpul.
Hari berikutnya, ketika Toneri tahu ia dekat dengan Sasuke, senyum itu tak terlihat lagi. Toneri jadi sosok yang berbeda dari pertemuan pertama mereka. Dingin, misterius dan tak tersentuh. Tapi Naruto yakin, meski Toneri seperti itu ia sebenarnya adalah pria yang baik, itulah mengapa Naruto menyukai pria aneh itu.

Naruto merubah posisi tidurnya, menyamping dan menghadap pada jendela yang terbuka. Angin dingin berhembus lagi, membuat kurden putih yang menutupinya menari nari. Hatinya kembali sakit saat mengingat ucapan Toneri, dan air matanya telah lama mengering. Betapa dunia ini begitu egois.

Jika memang Tuhan menakdirkannya untuk sendiri, maka ia akan berusaha menerimanya. Tanpa kekasih, tanpa pacaran. Tapi ia tak mau melepaskan pertemanannya dengan Sasuke, atau menjauh dari Toneri. Ia sudah merasa aman di dekat pria putih itu, dan ia sudah merasa nyaman dekat dengan Sasuke. Mungkin, jika ia membantu Toneri mendekati Sasuke, pria itu mau menerimanya, paling tidak menjadi temannya.

"Uhh, kenapa rasanya aku tidak rela Sasuke disukai gay, walau itu Toneri sekalipun~" lirih Naruto sedih. Dahinya mengkerut tak suka, dan bibirnya mengerucut kesal.

Membayangkan Sasuke dan Toneri bersama justru membuat hatinya panas, ia ingin bisa dekat dengan keduanya tapi tidak menjadi orang ke tiga diantara keduanya. Ia ingin jadi sahabat. Ya sahabat yang baik untuk Sasuke dan teman yang berguna untuk Toneri.
"Apa aku harus mencarikan 'sasuke' lain untuk Toneri ya??" Sebuah ide gila melintas, tapi kemudian raut sedih tergambar lagi. Toneri bukan orang yang mudah di tebak, biasanya seorang pria penyuka sesama memiliki sikap posesif yang berlebihan. Akan susah jika ia menggunakan cara itu. Tapi jika dia bergerak lebih dulu untuk mencarikan kekasih bagi Sasuke akan lain ceritanya. Wanita cenderung pencemburu dan akan lebih ganas kalau kekasihnya di ganggu. Kekeke~ mungkin ini bisa di coba. Ya dengan begitu Toneri perlahan-lahan akan menjauh, patah hati dan ia akan jadi orang pertama yang membantunya dari keterpurukan, atau sebaliknya?
Apapun itu, mari ikuti 'skenario penulis'.
.
.
.
.

Pagi yang cerah Naruto telah siap dengan rencananya. Tetapi sebelum itu, dia harus meminum segelas kopi untuk menghilangkan kantuknya. Semalam suntuk ia memikirkan rencana, meski tidak matang ia telah membulatkan tekad, bahwa ia tak akan menjauhi Sasuke karena masalah sepele, atau menjauh dari Toneri dan di bully banyak orang. Kedua duanya terlalu penting jika diingat. Toneri sebagai benteng dan fallin love- nya, serta Sasuke, sahabat joroknya yang lucu, ah tidak, menempatkan Sasuke di kata 'lucu' terasa aneh untuk mulutnya, pokoknya Sasuke sahabat kesayangannya! Titik!

"Yosh! Mari kita temui Sasuke lebih dulu." Bisiknya pada diri sendiri, di bibirnya telah terbentuk seringai manis penuh rencana.
.
.

Kebetulan, begitu sampai di sekolahan ia melihat Sasuke berdiri di depan gerbang sekolah, seolah menunggu kedatangan seseorang. Sejenak ia gunakan memantau keadaan. Tidak adanya tanda-tanda dari Toneri membuat ia bersemangat mendekati Sasuke dan menyeretnya ke belakang sekolah.
"Naruto, ada apa? Kenapa buru buru sekali?" Sasuke bertanya heran. Pria itu melihat gadis di hadapannya dengan alis berkerut. Naruto sendiri hanya menampakkan senyum lima jarinya yang terus mengembang.
"Hmm, aku mungkin akan bertanya hal privasi. Sedikit." Balasnya dengan mendekatkan ibu jari dan telunjuknya. Mengukur seberapa banyak ia akan bertanya.

Ugly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang