chapter 15

2.3K 275 6
                                    

Disclaimer Massashi Kishimoto
Ugly girl by B Broke
.
.
.
.

Jalanan aspal itu mengeluarkan bau khas ketika rintik hujan menyentuh permukaannya. Deru kendaraan yang berlalu lalang memenuhi seisi kota, ada beberapa pejalan kaki yang nekad menembus hujan dengan payung mereka, adapula yang lebih suka berteduh sebentar di emperan toko terdekat dengan mereka.

Toneri salah satunya, pria itu memasukkan kedua tangannya pada saku jaket. Tak membiarkan hawa dingin musim hujan menyentuh kulit tangannya. Sepasang mata lavendernya mengarah pada jalanan yang masih tetap ramai dengan kendaraan. Menghitung satu persatu dari mereka yang melewatinya demi menghapus rasa bosan.

Hari ini adalah hari pertamanya secara resmi bekerja, menjadi seorang tukang cuci pada sebuah restauran kecil ternyata sangat melelahkan, sebelumnya ia hanya mengandalkan uang pamannya untuk memenuhi kebutuhan. Tapi sekarang mau tak mau ia harus berusaha keras untuk mendapatkan apa yang ia butuhkan, ia telah banyak merepotkan pamannya, lagi pula dirinya tidak akan selamanya bergantung pada harta adik lelaki ibunya itu. Ada saatnya ia harus lepas dan mandiri.

Mencari pekerjaan dengan gaji lebih sangatlah sulit, apalagi jika hanya bermodal ijazah SMP. Ia bersyukur karena masih ada orang baik hati yang mau menerimanya bekerja, meski dengan upah di bawah lima puluh tiap harinya. Dengan uang itu setidaknya ia mampu membantu pamannya berbelanja sayuran, atau sedikit buah-buahan. Ah, ya, sudah dua hari setelah dirinya di drop out dari sekolah, dan sudah selama itu pula ia tinggal se apartemen dengan pamannya. Pria jomblo seumur hidup itu tidak mengizinkannya tinggal terpisah lagi dengan alasan khawatir jika tingkahnya semakin menjadi.

Sejak awal memang itulah konsekuensi baginya dari Kakashi. Dan ia menerima itu ketika semuanya telah pada batasnya. Kejadian kemarin adalah hal berat yang tak bisa lagi Kakashi tangani, dan begitupun dirinya. Apalagi ia harus rela tidak bertemu Naruto kembali, pergi menjauh dari kehidupan adiknya seolah ia tak pernah ada sebelumnya.

Bibir nyaris birunya mengeluarkan kepulan asap putih, suhu yang dingin membuatnya lebih mengeratkan jaketnya. Rintik hujan yang deras menciptakan melodi drama, sedih dan perasaan bersalah melengkapi hari kelabunya. Toneri masih memandang jalanan yang semakin lenggang, dan entah hanya penglihatannya yang terganggu atau memang ia dapat melihatnya, Sasuke berlari di trotoar sebrang, tanpa mantel ataupun payung. Hanya terlapisi seragam yang pernah ia miliki sebelumnya. Yang membuatnya heran, mengapa bayangan Sasuke yang lewat dalam penglihatannya jika ia memang terbawa perasaan, dan bukannya adik tercintanya.

Toneri menggeleng pelan, mungkin itu bukan Sasuke, bocah itu tak mungkin sampai di tempat ini. Daerah kumuh meskipun dekat tengah kota, pasti orang lain yang mirip Sasuke atau bisa saja ilusi optik. Yah, pasti itu. Lagipula kenapa ia harus memikirkan bocah sok, penyebab masalahnya itu ngomong-ngomong.
"Maaf membuatmu menunggu lama. Bagaimana hari pertamamu, Toneri, apa semuanya bisa teratasi?." Seorang pria mendekat padanya, dengan gagang payung tergenggam pada tangan kanannya. Toneri menoleh, menatap pamannya tanpa ekspresi. "Tidak buruk. Aku mampu mencuci lima puluh piring dalam waktu 20 menit, pak menejer memujiku. Meski sebenarnya aku tak menginginkan dipuji hanya karena pekerjaan buruh."

Tertawa kecil, Kakashi mengikuti keponakannya itu yang berjalan lebih dulu. Memayungi kepala putihnya. Keduanya terus berjalan menjauh, tak sadar bahwa di sebrang yang lain sepasang mata kelam menatap mereka dengan intens. Sasuke melihat, tetapi tidak sadar bahwa yang ia lihat adalah yang ia cari. Malam itu, mendung menjadi lebih pekat, mengantarkan butiran deras air hujan yang menghantam bumi. Jalanan yang ramai perlahan kehilangan detaknya, semakin sepi seiring waktu yang berjalan makin larut.
.
.
.
.

Naruto menatap pada pantulan bayangannya di kaca almari, wajahnya kusut, dan pakaiannya berantakan. Dua hari kemarin, ia habiskan waktu untuk menata hatinya lagi, mengingat lagi apa yang pernah ibunya katakan untuk tetap kuat menjalani hidup karena Tuhan memiliki tujuan dengan memberinya cobaan. Naruto berusaha sekuat mungkin untuk tidak pernah meragukan Tuhan, jadi ia harus bisa mengatasi kesedihannya, kekecewaannya dan perasaan yang seakan hancur ini. Karena ketika ia terlena dengan semua itu, pasti ia hanya akan berakhir menyedihkan dan menyalahkan Tuhan.

Ugly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang