chapter 6

3.3K 361 19
                                    

.
Setelah kejadian di mana ia melihat seorang siswi memergokinya berdua saja dengan Sasuke, ia tak mengalami apapun ketika kembali ke kelasnya sampai ia pulang dengan selamat di rumahnya. Tapi, saat keesokan harinya ia sampai di sekolah. Ia merasa ada yang berbeda dengan tatapan mereka ke arahnya. Begitupun di dalam kelas, tatapan tajam yang menghakimi terus saja menghujani dirinya. Ia merasa tak nyaman, dan takut secara bersamaan. Naruto terus merapal doa agar semuanya berjalan seperti semula, tapi harapannya tidaklah terkabul. Justru sebaliknya.
.

Ketika ia berjalan pelan menuju bangkunya, seorang gadis tiba-tiba saja mendorongnya, membuatnya terjerembab dan ditertawai seisi kelas. Naruto mencoba tenang, dan gagal ketika seorang lagi di antara mereka menjambak rambutnya untuk membuatnya berdiri. Ia nyaris menangis. Ini adalah pembullyan paling kasar yang belum pernah ia alami sebelumnya. Tapi di satu sisi ia marah karena merasa ia tak punya kesalahan apapun pada mereka, ia kesal karena terus disalahkan.
Jadi ia mencoba melawan. Di tendangnya tulang kering gadis itu, membuatnya memekik sakit dan melepaskan jambakannya. Nafas Naruto memburu, kepuasan sedikitnya menelusup dalam hatinya, tapi itu tidaklah lama, karena seorang lagi kembali menjambak rambutnya dari arah belakang.
"Hooo, kau mau melawan kami, hah, ja##ng? Kau pikir kau bisa? Kami satu kelas dan kau hanya sendiri." Ujar gadis itu, nada suaranya terdengar geram. Naruto dapat melihat jika dua orang gadis di depannya menyeringai. "Mungkin kau harus diberi pelajaran. Kau telah menggoda Sasuke kami dan berusaha menciumnya paksa. Dan sekarang kau bersikap sok. Hah, lucu sekali. Kenapa adegan ini terasa familiar ya di pikiranku." Yang lain menimpali dengan nada main main.

Ini salah paham, jerit Naruto dalam hati. Di tengah-tengah nafasnya yang memburu karena panik dan takut ia mengumpulkan keberaniannya untuk bicara, "Kau salah, apa kau fikir Sasuke doyan denganku? Levelnya adalah gadis berdada besar seperti kalian, tahu." Serunya dengan sekali tarikan nafas. Tiga orang yang mengelilinginya sejenak menampilkan raut kaget di wajah mereka.
"Apa?!" Ketiganya serempak berteriak. Tidak tahu harus senang atau marah. Mereka senang karena tahu Sasuke menyukai penampilan mereka dan marah karena mungkin saja Naruto hanya membual.
"Jangan bohong!! Aku melihatmu kemarin, bersama Sasuke di belakang sekolah!" Gadis pertama, atau yang Naruto tahu bernama Tayuya menjerit kesal.
Dengan alis terangkat dan senyum manis Naruto berusaha menyusun kata-kata.
"Tidak, kau salah lihat. Aku sedang berbisik padanya untuk memberi ia pilihan di antara para penggemarnya. Dan aku menyarankan kalian bertiga. Ia tidak setuju, jadi aku memukulnya karena membuang waktuku sia sia." Balasnya cepat. Ia tahu, ketiganya ragu. Ia harus berusaha lepas sebelum mereka menyadari kebohongannya.

Gret! Jambakan mengerat, Naruto mengaduh karena kulit kepalanya terasa akan lepas. Kepalanya semakin mendongak hingga ia bisa melihat wajah tak senang di belakangnya, kalau Naruto tidak salah mengingat namanya adalah Shikuya, gadis paling seksi di antara ketiganya.
"Aku tahu kau bohong, Naruto. Akan ku potong habis rambutmu sampai kau malu untuk bertatap muka dengan siapapun. Karin! Ambil cutter!"

Karin, gadis yang sempat ia tendang berjalan menuju bangkunya sendiri, menggeledah isi tasnya yang berantakan. Tapi sebelum ia kembali dengan membawa cutter, teriakan nyaring, Shikuya membuat fokus semua murid beralih.

Di sana, di belakang Shikuya, Toneri duduk berjongkok dengan sebelah tangan yang membuka rok gadis itu. Mengamati dengan tatapan datar sesuatu di baliknya.

Naruto cengo, "Celana dalam yang bagus. Di mana kau membelinya?" Tanya pria itu tenang. Shikuya menjerit lagi, kemudian segera melepaskan jambakannya pada Naruto dan bersembunyi di balik gadis pirang itu. Membuat Naruto berputar dan saling bertatapan dalam diam dengan mata lavender yang ia kagumi. Toneri menatapnya tepat di kornea safirnya lama.

Semua gadis menjerit ngeri, melihat teman mereka seolah di lecehkan Toneri dengan terang-terangan. Meskipun mereka tidak tahu tujuan pria itu melakukannya, karena sebelum itu, mereka melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana pria itu menyentuh bagian privasi idola mereka. Mereka kesal tentu saja, tapi memang siapa yang berani berhadapan dengan pria aneh dan gila itu.
Sedangkan para siswa bertepuk tangan dan memberi Toneri pujian serta apresiasi atas keberanian pria itu mengintip. Sorak soraipun ramai diperdengarkan, sebagian siswa menyoraki korban pelecehan.

Ugly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang