Episode #22: Buka Nggak ya?

17.4K 1.5K 231
                                    

  Nobody can be judged because everybody is stepping on different shoes. Nobody feels what I felt or sacrifice, and so does I. Don't compare yourself to others, that are a battle you can never win.  - Alana


Wingga

Sejujurnya, kamera Alana Kenisha ada di mobilku sekarang, di parkiran depan sekolah. Kalau boleh jujur lagi juga, aku sudah menimbang-nimbang untuk menyalakan kamera itu sejak semalam. Yah, cuma penasaran aja sih isinya kamera fotografer itu kaya gimana, sebanyak apa foto-foto yang dia ambil hanya untuk satu kali event atau satu kali momentum.

Tapi ternyata saat aku coba menyalakannya, baterai habis. Zonk banget kan? Sepertinya kamera Alana bersekongkol dengan majikannya untuk tidak membiarkan aku membukanya begitu saja. Atau memang Tuhan tidak meridhoi niat burukku untuk lancang membuka kamera orang yang baru kukenal kemarin. Yeah, opsi kedua tentu lebih realistis.

Karena kamera Mama juga Sony, aku mencari kabel charger-nya dan menggunakannya untuk mengisi baterai kamera milik Alana. Tadi pagi tentu saja aku nggak ada waktu buat buka kamera itu kan, nggak ngecek juga baterainya benar-benar terisi atau tidak. Yang aku pikirkan tadi pagi hanya asal kebawa ke sekolah aja, trus dibalikin ke pemiliknya, nggak mikir hal lain sama sekali kayak semalam.

Kaget kenapa aku tiba-tiba bertanya tentang cewek, akhirnya Edo kepo luar biasa. Yang akhirnya aku menceritakan padanya bahwa aku membawa kamera milik Alana Kenisha.

"Sumpah lo bawa kamera si Alana Kenisha?!" pekik Edo tertahan. Aku membungkamnya dengan buku tulis. Mulut Edo memang terlalu comber untuk dikasih cerita yang sakral seperti ini. Tapi yah, masalah simple unyu begini mah diceritain aja.

"Iya. Trus dia yang nggak mau gitu gue sampe nyalain dan buka itu kamera,"

"Ohya? Mana kameranya?"

"Di mobil,"

"Lo kok bawa mobil ke sekolah?"

"Cuma beberapa hari ini. Motor masih ngendon di parkiran sekolah sih,"

"Lo bawa motor sama bawa mobil? Ngapain?"

Pertanyaan Edo sangat masuk akal. Tapi jelas sekali aku tidak akan menjawab pertanyaannya. "Udahlah gapenting," sungutku.

"Bener juga. Yang lebih penting adalah mikirin itu kira-kira apa isi kamera si Alana sampai dia nggak mau lo buka," Edo menggosok-gosokkan kedua tangannya bersemangat.

Aku meliriknya menahan tawa. "Itu juga nggak penting sih sebenernya,"

Edo menatapku bengong. "Ah, emang nggak ada yang penting di dunia lo selain mata pelajaran ya,"

Aku tertawa kecil. "Yaudah sebagai teman yang baik, gue dengerin deh hipotesis lo. Apa coba isi kameranya?"

"Cih, teman baik dari Saturnus?"

"Kenapa nggak pakai Hong Kong?" ujarku tanpa ekspresi, sengaja menggoda Edo.

"Kudu banget selalu Hong Kong?" tanyanya polos.

Aku cekikikan menahan tawa. Sementara Edo bersungut-sungut kesal. 

"Banyak foto pacarnya kali Ngga, makanya lo ga dibolehin buka. Kan kasihan elu nya gitu jomblo, makin ngenes kan kalo lihat foto orang pacaran. Paling enggak kan fotonya berdua, bukan foto KTP sendirian gitu," ujarnya akhirnya mengatakan hipotesisnya.

"Alana punya pacar ya?"

"Kan gue udah bilang, pacarnya itu fotografer,"

"Lo tahu darimana?"

"Jelas banget deh di IG, Ngga,"

"Ohya?"

"Lo nggak kepo sampai foto yang dia di tag sama orang yah?"

"Lo kepo sampe segitunya?" aku menatap Edo takjub campur nyinyir. Dia tertawa lebar. "Lo naksir sama Alana ya Do?"

"Gue cuma mau jadi stalker yang budiman aja sih Ngga, totalitas stalking-nya,"

"Anjir lah stalking aja kudu totalitas. Belajar sana yang totalitas!"

"Belajar itu tidak selalu harus baca buku dan menyendiri Ngga. Gue duduk di bawah pohon aja udah langsung kepikiran teori  Newton! Keren kan gue!"

Aku tidak mempedulikan Edo yang mulai ngelantur lagi bahasannya.

Entah kenapa, yang ada di pikiranku justru adalah kalimat terakhir Alana Kenisha yang dia katakan sebelum aku berlalu pergi. "Ngapain belajar terus?"

Kenapa sih semua orang selalu protes kalau gue belajar terus? Salah juga kalau metode belajar gue adalah baca buku dan menyendiri? Semua yang gue raih sampai detik ini bukan semata gue leyeh-leyeh males-malesan trus mendadak bisa dapet medali emas olimpiade. Semuanya penuh perjuangan yang berdarah-darah yang orang mungkin nggak pernah lihat dari apa yang tampak di permukaan. Nobody can be judged because everybody is stepping on different shoes. Nobody feels what I felt or sacrifice, and so does I. Don't compare yourself to others, that are a battle you can never win.

Gue pernah baca dimana ya kalimat itu? Oh, di caption foto-nya Alana Kenisha di Instagram. By the way, kenapa gue keinget mulu ya sama apapun yang related sama Alana? Ah, nggak penting.

Mendadak aku menatap jam tanganku. Tepat lima menit sebelum jam pelajaran tambahan habis. Aku segera beranjak dari tempat dudukku.

"Lo pasti mau ambil kamera ya? Ikut dong," sebelum Edo berhasil menahanku, aku sudah ngeloyor pamit keluar kelas.

Edo? Tentu saja nggak nyusul lah. Hal paling awkward di dunia adalah ketika cowok ke toilet bareng. Itu termasuk fenomena ter-awkward di dunia sepertinya. Giliran cewek ke toilet ajak-ajak aja nggak ada yang kaget. Oke nggak penting lagi. Aku berlari secepat mungkin ke parkiran mobil.

Setibanya di parkiran mobil, aku menekan tombol buka kunci mobilku dan secepat mungkin membuka pintunya lalu masuk ke balik kemudi. Tanpa berpikir panjang, aku membuka tas kamera Alana Kenisha, dan mengeluarkan kamera itu dari singgasananya. Aku terdiam sesaat menatap kamera itu. 

Nyalain nggak ya? Ah peduli amat, gue bisa pura-pura nggak buka kan. Lagian it is not a big deal. Alana aja yang lebay-lebay-in biar gue nggak buka kan? Atau biar gue penasaran dan buka? Entahlah bodo amat.

Aku menyalakannya dan langsung menekan tombol menuju recent taken photos. Aku masih menunggu kamera itu loading saat bel tanda jam pelajaran tambahan berakhir. Alana pasti langsung ke kelas gue ini, gawat lah kalo sampai ketemu Edo. Si Edo kan biangnya keceplosan. Akhirnya recent taken photos itu terbuka.

. . .

To be continued..

Part selanjutnya masih Wingga, dan aku udah nulis. Jadi tinggal upload. Ini sengaja unyu-unyu bikinnya sedikit udah upload, biar bisa bayar hutang episode. Dan teman-teman, aku udah siapin cast nih buat Alana, Wingga sama Roger!

Di postingan next episode yaa cast-nya!

Ini aku posting malem banget ada yang baca nggak ya? Haha

Jam 4:22 tengah malam hampir pagi di Korea Selatan. Wkwkkk

Maaf ya ganggu bobo cantik kalian~

Main tebak-tebakan yuk~ Yang ada di media di atas itu kira-kira cast-nya siapa? Wingga atau Roger? Uwuwuw~

fifi.alfiana

Too Far to Hold [COMPLETED]Where stories live. Discover now