RAE ALEXANDER 2

10.8K 368 14
                                    

Rae POV

Dia duduk di sopa dengan angkuhnya, tapi bagiku dia begitu menawan, sungguh. Hingga Pak Hardi memanggilnya. Aku pikir dia akan cuek, ternyata dia tengah memandang takjub kepadaku. Lupakah dia tentang diriku? Atau pandangan itu hanya pandangan kekesalan?

Aku yang selalu melihat dirinya bulan lalu, mengikuti setiap gerak-geriknya, aku memang seperti penguntit gila. Kenapa aku ini, melihat matanya yang menatap ke arahku, aku ingin sekali memeluknya, mendekapnya dalam pelukanku. Kakiku pun bertindak sendiri, tanpa sadar aku telah berdiri di hadapannya.

"Maaf, dia anakmu, Pak Hardi?" tanyaku dengan suara lembut dan tegas, aku pura-pura tidak tahu dirinya, tidak ... lebih tepatnya aku memastikan pandanganku yang mulai gila akhir-akhir ini.

"Iya Pak, ini anak saya, Inda. Dia Mahasiswi semester akhir di Universitas X, dan sekarang lagi liburan, kebetulan saya sudah lama tak berjumpa dengannya, makanya saya menyuruh dia ke sini," jelas Pak Hardi panjang lebar, aku sudah tahu tapi tetap harus berpura-pura tidak tahu.

"Begitu, hai...," sapaku padanya sembari mengulurkan tangan. Aku berharap dapat merasakan kehangatan dan kelembutan tangannya, uh... kenapa aku ini? Kenapa aku begitu gila begini.

"In-Inda," jawabnya dengan penuh kegugupan. Aku tahu dia gugup, dan saat seperti itu, dia begitu imut. Aku ingin melahapnya, sungguh. Tubuhku benar-benar bertindak sendiri, aku langsung menariknya dalam dekapanku, tapi mulutku... malah berkata kasar.

"Sama saja!" desisku pelan. Sial... kenapa kata itu yang terucap dari mulutku. Tiba-tiba bug..., "Auu...," ringisku. Dia menginjak kakiku dengan kasar, sakit tapi aku tidak marah dan kesal kepadanya.

"Inda!" hardik Pak Hardi yang kaget melihat kelakuannya kepada diriku.

"Breng-sek!" timpalnya seraya pergi meninggalkan diriku. Aku melongo menatap dirinya yang kian menjauh, suaranya, umpatanya, membiusku dalam lamunan gila, aku ingin memilikinya, iya... aku ingin dia.

"Ma-maaf Pak... anak itu, dasar. Sekali lagi saya mohon maaf atas kelancangan putri saya, maaf kan anak saya Pak Rae." Sepertinya Pak Hardi sedikit takut, tentu saja dia takut atas kelakuan buruk anaknya yang mungkin berdampak pada pekerjaannya.

Tapi bukan dipikiranku, itu adalah tindakan termanis yang membuat hati dan tubuhku kian bergelora untuk memilikinya.

"Pak Hardi!"

"I-iya Pak."

"Malam ini Pak Hardi ada acara?"

"I-iya Pak."

"Bagus, saya ingin ikut, bisa?" tanyaku tegas sembari menatap wajah Manajer baruku ini, dia adalah orang tua yang tegas dan lembut, aku bisa lihat dari cara bicaranya dan juga kepribadiannya.

"Bi-bisa Pak."

"Terima kasih," ucapku seraya melempar senyum manis dan berjalan pergi meninggalkannya yang masih tertunduk segan, "oh ya." Aku memutar kembali tubuhku, menatapnya yang juga tengah menatapku bingung, "aku inginkan anakmu untuk menjadi pendampingku."

Mata Pak Hardi melotot seketika, bibirnya membulat. Bisa aku baca raut ketidakpercayaannya atas ucapanku, aku ingin dia yakin atas niat seriusku ini, aku sudah terlanjur gila dan jatuh hati pada anaknya, dan aku ingin memilikinya. "Saya serius, secepatnya saya akan melamar dia," tegasku sembari pergi meninggalkannya yang masih mematung.

***

Malam ini aku melihat sosoknya yang begitu manis, gaun pink yang dia kenakan menambah keanggunan dirinya, tubuhnya benar-benar indah, aku begitu menginginkannya. Kulirik wanita di sebelahnya, begitu anggun, dia adalah mantan model yang begitu terkenal, Miss. Bianka.

MY POSSESSIVE HUSBANDWhere stories live. Discover now