IT'S HURT FOR ME

5K 156 20
                                    

Tak ada yang menginginkan ini. Tak ada yang mau melihat ini. Jika harus memilih, mengulang waktu, kembali di mana kata 'tidak tahu apa-apa' menjadi pilihan.

Melihatnya, mengetahuinya, membuat luka yang membekas, sulit terlupakan. Meski kata 'maaf' terucap, namun melupakan bukanlah bagian termudah.

Memaafkan dan melupakan adalah dua hal yang berbeda, tapi harus sejalan. Bisakah? Melupakan hal yang paling tidak diharapkan dan menyakitkan itu?
Bisakah, bayang-bayang pengkhianatan lepas dalam sekejap mata, bayang-bayang ketika orang yang kita sayangi membagi cintanya, kehangatannya kepada wanita lain, bisakah?

Sulit, bahkan tak akan mudah. Sampai detik ini, aku ingin memberikan maaf, aku ingin mempertahankan hubunganku, namun bayang-bayang penghianatan terus saja memutar di otakku, mencengkram hatiku, mengiris kalbuku.

Aku mencintainya, sungguh mencintainya. Meski aku telah dikhianati, tapi aku tetap mencintainya, aku tak ingin pergi dari hidupnya, tapi aku tak mampu menepis pengkhianatan itu.
Aku harus bagaimana?
Aku harus apa?

Setiap detik, aku mengingat. Setiap menit aku terkenang, dan setiap melihat wajahmu yang kutemukan hanya potret wanita itu dan dirimu, potret pergumulan kalian.
Apa yang harus aku lakukan?
Aku bukan wanita yang tangguh seperti luarku, aku adalah si penipu yang memiliki hati lemah, bersembunyi dalam penampilan super cuekku.
Aku menipu dirimu, menipu diriku, berusaha kuat, berusaha tangguh, namun aku lemah jika kau uji aku dengan hatiku.
Kenapa? Kenapa kau begitu menyakitkan.

****
A

uthor POV

Indonesia

"Hay, Mama dari tadi melihat Inda melamun saja? Inda kangen, ya, sama Rae?"

"Mama apaan sih, enggak kox, Inda hanya lagi baper aja, bawaan cucu Mama, ne."

"Masa? Cucu Mama baperan, ya? Inda harus paham, Rae itu pebisnis muda, dan Mama dengar sekarang ini persaingannya sangat ketat, Rae sibuk menjaga perusahaannya bukan berarti melupakanmu, dia pasti sekarang memikirkanmu, kalau dia tidak memikirkanmu, gak mungkin dia menitipkanmu di sini, karena dia pasti sudah memikirkan kamu akan aman bersama orang tuamu."

"Iya, Ma."

"Wah tumben anak Mama nyerah, biasanya gak mau ngalah."

"Lagi badmood debat sama Mama," nyengir Inda sembari beranjak ke tempat tidur. "Ma, Inda mau istrahat dulu, ya?"

Mama Inda hanya tersenyum tipis sembari mengangguk, kemudian beranjak keluar dari kamar anaknya.
Saat pintu tertutup, buliran air mata Inda menetes, matanya terpejam menahan gejolak perasaannya.

Ya, Inda tidak menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya, bagi dia masalah ini biarlah dia yang menyelesaikannya sendiri.

Keinginannya saat ini hanyalah fokus pada anak yang dia kandung. Meski sampai detik ini, Rae belum mengetahui tentang anak yang dia kandung.

"Maafkan Inda, Ma. Inda gak bisa cerita semuanya sama Mama, Inda masih tidak tahu, Inda harus apa, mengambil tindakan apa," bisik Inda sesaat setelah Mamanya keluar dari kamarnya.

Inda hanya menghela napas berat, mengelus perutnya yang tidak buncit, menatap langit-langit kamar.
"Rindu."

Kini matanya mulai terpejam, berusaha menggapai ketenangan dalam tidurnya.

MY POSSESSIVE HUSBANDOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz