No Talking About Love

8.7K 317 17
                                    

Jarak mulai terasa, Inda masih sibuk dengan gejolak rasa cemburu yang tak kunjung surut, sementara Rae malah memilih diam dan membisu, dia tidak ingin acaranya mengangkat suara malah merusak suasana hati Inda.

Setelah sarapan, Rae segera pergi ke kantor. Rutinitas cium kening dan salim tangan masih ia lakukan, meski dia terlebih dahulu menghampiri Inda yang berada di ujung meja makan.

Inda masih membeku, namun Rae tidak menanggapinya saat ini. Meski hatinya masih bercabang, dia ingin kehangatan itu kembali bersemi di antara mereka, dia rindu manjaan Inda, candaan Inda, terlebih lagi kehangatan tubuh Inda. Dia rindu semuanya.

Setelah pamit kepada patung yang bernama Inda, Rae segera melangkah keluar dari rumah, laju mobilnya melesat begitu cepat. Inda masih mematung, namun sesaat setelah melihat kepergian suaminya, Inda bernapas lega, rasa sakit yang menyiksanya sedari tadi tak mampu dia tahan lagi.

"Ma-maaf Rae, aku tak ingin kamu khawatir, hari ini hari terpenting untukmu, maafkan aku, aaaa!" Inda menjerit kecil, mengulum bibir bawahnya, berusah bangkit, namun kakinya terlalu gemetar untuk beranjak pergi.

Sebisa mungkin dia ingin menuju ke kamarnya, tapi selangkah pun belum dia lakukan, kakinya terlalu gemetar, tubuhnya terlalu sakit. Bersyukur ada kukuhnya meja yang menjadi tempatnya bersandar.

"B-Bi ... Bi!" teriaknya berusaha sekencang mungkin.

Selang beberapa detik, terlihat sosok wanita yang sudah berkepala 5 menghampiri Inda. Wajahnya tersirat panik melihat majikannya bermandikan peluh dengan wajah pucat pasi.

"Nyonya kenapa?" tanyanya seraya memapah Inda.

"Sa-sakit Bi," ringis Inda sembari mengatur napasnya.

"Kita ke Dokter Zack sekarang Nyonya!" ajak Bi Ina seraya membantu Inda berjalan, ke luar rumah. Supir yang telah disediakan Rae untuk Inda segera menyambut Inda, membantu majikannya ini memasuki mobil.

***

"Kamu beruntung, Nyonya Xander. Oh ya, selamat, ya," ucap Dokter Zack seraya menyalami Inda.

"Se-selamat buat apa, Dok?" tanya Inda bingung.

"Sebentar lagi, penerus Xander Group akan lahir," ucapnya sembari tersenyum manis.

Inda terpana menyaksikan penuturan Dokter Zack, ada rona bahagia, tidak percaya dan terharu di wajahnya, sesekali dia menatap perutnya yang tidak buncit, mengelusnya, hingga buliran panas membasahi kedua pipinya.

"A-aku hamil, hamil, hamil!" histerisnya bahagia, "Bi ... Inda hamil Bi, Inda ...." Kini terbayang senyum manis Rae untuknya, Inda kembali menangis sembari memegang perutnya. "Rae, ini anak kita."

"Apa sebaiknya Tuan Xander diberitahukan sekarang Nyonya?"

"Jangan Dok, aku ... aku ingin memberi kejutan untuknya."

"Oh, i see. Kejutan ini akan membuat si Miskin Ekspresi itu terperangah, sayang saya tidak bisa menyaksikannya," kekeh Dokter Zack yang merupakan sahabat Rae.

"Please, jangan katakan ini padanya, Zack. Aku ingin dia tahu dari diriku langsung."

"Ok, rahasiamu aman."

"Thank's Zack, kamu memang sahabat terbaik." Inda segera berpamitan diikuti Bi Ina yang membukan pintu untuknya.

"Inda!" tahan Zack seraya berdiri, Inda menoleh ke arah Zack pelan, memicingkan matanya. "Ingat, kehamilan kamu ini sangat rentan, kamu tidak boleh capai, jangan melakukan pekerjaan berat, meski ku akui kandunganmu sangat kuat, tapi aku tidak ingin hal buruk menimpamu, dan satu lagi ...." Kini senyum jahil menghiasi wajah blasteran Zack.

MY POSSESSIVE HUSBANDOnde histórias criam vida. Descubra agora