Inside Me Part 2

10.6K 372 7
                                    

Indonesia, negara yang teramat dirindukan oleh Inda. Siapa yang tidak rindu dengan tanah kelahirannya, tempat pertama kali kaki berpijak, dan tempat pertama kali bertemu pandang dengan sosok kesayangan.

Inda begitu menikmati udara Indonesia, negara beriklim tropis itu berhasil membuat Inda menghirup dalam-dalam kesegaran yang teramat dia rindukan.

"Kamu bahagia?" tanya Rae yang berdiri di sampingnya.

"Sangat," jawab Inda yang terus menikmati kesejukan di rongga hidungnya.

"Kita pulang sekarang."

"Mau ke rumah siapa dulu? Ke rumah orang tuamu, apa orang tuaku?"

Rae tersenyum menatap Inda, Inda bingung dengan tatapan suaminya. "Ke rumah kita."

"Ru-rumah kita?"

Pertanyaan Inda hanya disambut senyum oleh Rae. Segera ia menggandeng Inda berjalan meninggalkan bandara dan mengiringnya memasuki mobil yang telah menunggu kedatangan mereka dari tadi.

Mobil melaju dengan kencang, meninggalkan sisa-sisa debu yang berterbangan ditiup sang angin. Iring-iringan pun mengikuti derasnya laju mobil berwarna silver itu. Semua pergi meninggalkan jejak sendiri-sendiri, dan tanda tanya besar di pikiran Inda.

"Rumah kita", kata-kata itu masih menetap di pikiran Inda. Namun entah kenapa, mulutnya enggan bertanya kembali pada suaminya yang tengah asyik melihat file-file yang disuguhkan Manager Nam.

"Kerja lagi," desisnya pelan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya tidak jelas.

Selang beberapa jam, Inda merasa asing dengan daerah yang baru saja dia masuki. Pohon-pohon yang tersusun rapi, masih terlihat sejuk, dan tiba-tiba ada gerbang besar membentang di hadapannya. Mobil yang dia naiki melaju melewatinya, setelah terlebih dahulu melapor ke pos satpam. Jika tadi matanya takjub dengan pemandangan hijau di kota yang sudah penuh dengan bangunan tinggi, kini matanya kembali melotot dengan pemandangan rumah mewah yang berjejer rapi, seperti perumahan, namun tidak seperti perumahan, karena masih ada jarak di setiap rumah, dengan desain rumah yang berbeda, walau sama-sama besar dan mewah.

Mobilnya semakin melaju, hingga di ujung jalan ada air mancur, dan dibelakang air mancur ada sebuah pagar besar yang terbuat dari baja, berwarna cokelat. Pagar itu seperti benteng yang melindungi sesuatu di dalamnya. Lagi-lagi Inda harus kaget dengan apa yang matanya lihat, mobilnya masuk ke dalam, dan melihat sebuah rumah seperti Istana Persailis yang mewah, sepertinya tiga tingkat. Bukan itu saja, ada puluhan penjaga dan pelayan yang sudah berdiri menyambut kehadiran mereka.

"Rae, ini?" tanya Inda pelan sambil mendekatkan tubuhnya ke suaminya.

"Selamat datang di rumah kita, Sayang."

"Rumah kita? Maksudmu?"

"Iya, rumah kita, tempat tinggal kita."

Bagaikan disambar petir di tengah hari bolong, Inda kaget dengan ucapan suaminya. "Bukankah Rae tidak mau tinggal di Indonesia, dan kenapa dia membangun rumah di Indonesia? Apakah dia berubah pikiran." Pikiran Inda melayang-layang, sesekali dia menatap suaminya, Rae membalas tatapan Inda dengan senyum puas.

Belum sudah pertanyaan itu terjawab, saat mereka masuk ke dalam, Inda kaget dengan kehadiran seluruh keluarganya dan juga teman-temannya. Mereka menyambut kehadiran Inda dengan sangat antusias. Inda segera berlari menghampiri kedua mamanya, memberikan pelukan hangat yang penuh kerinduan.

Mereka telah menyiapkan pesta kecil-kecilan untuk menyambut kehadiran Inda dan Rae. Inda begitu bahagia, dia telah lupa pertanyaan yang menggantung di pikirannya sedari tadi.

***

"Kamu kenapa Honey? Sedari tadi marah terus, aku salah terus," bisik Rae lembut pada istrinya yang kini tengah duduk gontai di gazebo samping rumah. Wanita yang hanya mengenakan kemeja putih itu tampak lemes dan lusuh.

MY POSSESSIVE HUSBANDWhere stories live. Discover now