01 - It's Not Fair

960 52 24
                                    


Proyek pertama Green Room Squad. Cuslah baca @sudibyoayu   @meridian_dev    @Rasdianaisyah   @nanoniken   @mauulanawisnu   @Anie_SK   @HandiNamire99   @TinnyNajmi   @MentariMayya diah022 AndienWintarii   Androsluvena   @umaya_afs   @lailylamud    @imaa_Mou

========================================================================

Memandangi seseorang karena kecantikan; menyukai seseorang karena keindahan wajah; mendekati dan mengajaknya berteman karena face-nya yang enak dipandang. Semua hal tersebut pasti sering terjadi, seolah-olah kecantikan merupakan modal untuk melakukan apa saja. Berteman, mencari pekerjaan, dan yang paling membuat Calista naik pitam adalah mencari pasangan hidup.

"Maaf ya. Kamu terlalu baik buat aku."

"Sorry, Lis. Gue udah punya gebetan."

"Aduh ... aku hmm itu .... Nanti ya aku jawab."

Itu beberapa jawaban yang diterima Calista saat dia secara gamblang mengutarakan perasaannya kepada laki-laki yang berhasil menaklukkannya dalam sekali pandang. Jawaban itu sebenarnya nggak aneh, cuma ya tingkah merekalah yang membuat Calista tidak terima dan rasanya ingin mengutuk semua laki-laki yang hidup di dunia ini, kecuali ayah dan kakek buyutnya tentu saja, karena hanya dari mereka berdualah Calista mendapatkan kata-kata cantik yang disematkan ke dirinya, dan Calista serasa terbang ke angkasa, hingga kupu-kupu beraneka warna ikut mengisi perutnya yang agak melebar itu setiap kali mendengar kata 'cantik' ditujukan ke dirinya.

"Jadi mereka nolak lo tanpa memandangi lo sama sekali gitu?"

"Kok cowok-cowok yang sok kegantengan pada belagu semua, ya?"

Calista yang saat ini sedang bersama teman-temannya di kantin kampus membenamkan kepala ke atas meja sejak tadi. Bahkan perkataan teman-temannya tidak dia hiraukan sama sekali.

"Lo jangan sedih gitu, Lis. Pasti ada yang mau sama lo kok. Lagian pipi chubby lo enak dicubit tahu."

Erna yang duduk berhadapan dengan Calista ikut menimpali ucapan teman-temannya. Di antara mereka berempat—Calista, Erna dan dua sahabat tengiknya, Mari dan Jenar—Erna-lah yang paling cantik dan memiliki gandengan.

"Lo nggak tahu perasaan gue, Na. Lo sih enak selalu dikerubungi para otak selangkangan itu. Bahkan saat lo kejebur ke got pun tetap cantik di mata mereka."

Calista mengusap air mata yang sudah mulai kering di pelupuk mata dan pipi. Menangis toh percuma, mending melampiaskan dengan memuaskan para monster dalam perutnya. Semangkuk mie ayam jumbo dan jus jeruk cukup membuatnya lupa sejenak dengan dunia.

"Maksudnya Erna nggak gitu, Lis. Lo itu cantik kok, makhluk ciptaan tuhan paling sempurna dan sudah ditakdirkan memiliki pasangan kelak."

"Nggak usah mama Dedeh mama Dedeh-an deh, Mar. Mentang-mentang perasaan lo disambut kutu kupret satu itu lo jadi bijak sekarang?" Calista menyindir Mari dan menganggap perkataan sahabatnya itu begitu sarkas.

"Kok jadi berantem gini sih? Mending nge-mall yuk. Cuci mata sekalian nyari barang diskonan." Jenar menengahi suasana yang mulai panas tersebut lalu meminum jus mangga yang ada di depannya.

"Lo ngajak ke mall tapi minuman orang jangan disambar dong." Mari menepuk tangan Jenar dan menatapnya sengit, dia paling kesal jika wanita yang perhitungan itu sudah mencuri minuman di saat semua orang lengah.

Only If You KnowWhere stories live. Discover now