10. Dendam dan Amarah

181 27 1
                                    

Yuk, baca dan bantu share @diah022, @AhdaIkrima @AndienWintarii @Anie_SK @meridian_dev @nanoniken @HandiNamire99 @sudibyoayu @Androsluvena  @TinnyNajmi


(*)



Untuk terakhir kalinya, Calista memerhatikan penampilannya lewat cermin besar di kamar.

Gaun ok. Sedikit membuatnya keliatan kurus, selisih sekilo doang. Dan juga dress hitam mampu menutup lipatan lemak di perut.

Rambut juga ok. Sis Hendarti emang jago. Lihatlah model rambut yang seluruh bagiannya disatukan ke sisi kiri. Begitu banyak hair spray yang digunakan demi mengunci rambut tersebut. Dan jangan lupakan make up tipis namun mampu membuat pipi tirus dan hidung mancung. Shading yang diaplikasikan benar-benar pas. Dan yang tak kalah cantiknya lagi adalah nail art yang begitu anggun. Berwarna bening, namun bagian ujung dicat putih, ditambah gliter di seluruh permukaan kuku dan diakhiri dengan top coat.

Kesemuanya itu tak akan sempurna tanpa anting dan kalung.

"Perfect." Satu kata itu meluncur begitu saja.

Calista sadar semua orang mungkin tak menganggapnya cantik dengan tubuh jauh dari kata proporsional yang dia miliki. Tapi ketahuilah, bukankah cantik itu relatif? Bukankah kecantikan yang sebenarnya berasal dari dalam hati? Paling tidak keyakinan itu yang dia tanamkan saat ini, hanya untuk malam ini. Malam yang harus dia lewati dengan sejuta senyum di hadapan mereka yang dulu menatap sebelah mata padanya, atau bahkan hingga saat ini mungkin. Dia tak akan ciut hanya dengan kata-kata yang sering dia dengar dulu.

Gendut? Lebar? Jelek? Atau apalah itu akan dia lupakan ketika mereka mulai mempertanyakan body-nya yang gak menyusut, malah semakin membengkak.

Calista memiliki satu tujuan. Tujuan yang akan membebaskan hatinya dari penjara yang mengungkungnya selama ini.

Masih terngiang jelas tatapan mengejek teman-temannya dulu ketika masih mengenakan seragam putih abu-abu. Tiada hari tanpa bully-an, tiada hari tanpa ejekan yang dengan jelas dilayangkan padanya.

Kenapa? Kenapa harus dia yang mengalami hal-hal menyedihkan semacam itu? Bukankah semua manusia harus bersikap adil dan hormat terhadap sesama? Pantaskah mereka melakukan itu padanya? Yang jelas-jelas manusia dan memiliki harga diri serta kehormatan?

Calista tahu, sadar, dan paham alasan di balik semua itu. Karena itulah malam ini dia akan menunjukkan pada teman-temannya, bahkan dunia, jika cewek gendut itu tak selamanya buruk. Dia akan tunjukkan bahwa hidupnya baik-baik saja meski memiliki berat badan di atas normal.

Pukul sembilan Calista sudah menunggu di depan rumah, menanti kang uber yang akan mengantarnya ke Paradise Hall. Sengaja dia memesan layanan mobil tersebut mengingat tak mungkin mengendarai motor dengan dress mahal yang dia beli khusus untuk pesta malam ini. Lagipula dia tak tahu sampai pukul berapa acara akan berakhir. Tentu Calista tak mau ambil resiko pulang malam seorang diri mengendarai roda dua. Ini Jakarta!

Tak sampai sepuluh menit, yang ditunggu pun akhirnya datang. Calista yang memang sudah tak sabar segera masuk dan meminta supir mengantarkannya ke alamat yang sudah dia masukkan di aplikasi.

"Mau kondangan ya, Neng?" tanya si supir sambil sesekali merhatiin lewat kaca.

Calista yang daritadi asik ngintipin chat di grup mau tak mau mengangkat kepalanya. "Eh iya, Pak," jawabnya sedikit malu-malu.

"Kok sendirian?"

Saat itulah dadanya serasa digodok pakai obor dengan api yang menyala-nyala. Niat buat ngobrol sama si supir pun lenyap tatkala pertanyaan barusan dilontarkan. Rasanya Calista kepengen ngacak-ngacak isi mobil ini. Tapi secepat kilat pikiran itu ditepis. Tak lucu kalo dia ditendang ke luar, lagipula dia harus siap dengan menguatkan hati menghadapi pertanyaan semacam itu. Bukankah tujuannya adalah menunjukkan kebahagiaannya di depan teman-temannya? Meski menjomblo dan tubuh yang semakin gendut.

Only If You KnowDonde viven las historias. Descúbrelo ahora