11. Amarah dan Sedikit Kebohongan

203 27 3
                                    

"Lepas!"

Soraya menyentak tangannya yang ditahan oleh Sam. Kemudian dia menatap Sam yang baru saja terkena tamparan Calista. "Kalian ada hubungan apa?"

Sam mengabaikan pertanyaan Soraya. Dia menoleh pada kerumunan orang yang berkumpul di sekitarnya. "Bantu gue angkat cewek ini." Sam pun ikut mendekati Calista. "Cepetan!" bentak Sam ketika orang-orang itu hanya bergeming.
Barulah setelah bentakan Sam, beberapa cowok mulai bergerak untuk mengangkat Calista. Mereka mengambil posisi masing-masing. Mereka memikirkan cara yang aman untuk mengangkat paus yang pingsan di lantai.

"Tunggu!" Soraya menghentikan gerakan mereka. Dia menarik tangan Sam. "Mas Sam, ngapain sih bantu-bantu cewek ini?"

"Jangan bikin keributan, Soraya, atau aku pulang aja."

"Tunggu, jelasin dulu. Mas Sam kenal sama Calista?" Soraya masih penasaran dengan alasan mengapa Sam menahan tangannya ketika dia ingin menampar Calista dan kenapa Sam tiba-tiba saja datang membantu Calista padahal cewek itu tadi menamparnya.

"Dia tetangga Nolan, temanku. Mana bisa aku diam saja melihatnya pingsan di tempat seperti ini." Kemudian Sam berbalik dan bergabung dengan cowok-cowok yang sedang mengangkat Calista.
Cewek itu masih terpejam ketika dibawa ke sofa di pojok ruangan. Entahlah, dia pingsan atau tidur. Setelah mendudukkannya di sofa, seorang staff datang dan membawakan minyak kayu putih supaya Calista sadar.

"Biar saya saja, Mbak," ucap Sam.

Wanita berseragam itu mengangguk lalu meninggalkan Sam dan Calista. Begitu pun dengan cowok-cowok lain yang tadi memapah Calista.

Sam menepuk-nepuk pipi Calista. "Cal... woy bangun, Cal."

Calista mengerang pelan. Alis dan kelopak matanya bergerak-gerak. Bibirnya mengerucut. Tak lama kemudian kelopak matanya perlahan terbuka. Penerangan yang remang-remang dan lampu berwarna-warni menyapa penglihatannya. Dia mengerang lagi dan mengeluh. "Kepala gue pusing."

"Lo tadi minum apa sih?"

Suara yang sangat dia kenal itu langsung membuat matanya membelalak. Dia menoleh ke samping dan terkejut ketika melihat Sam ada di dekatnya. "Lo... ngapain ada di sini?"

"Apa? Mau protes? Untung aja gue ada di sini, coba bayangin kalau nggak? Lo bakalan dibiarin tidur di lantai, diinjak-injak, dikira kasur busa."

Kalimat panjang Sam langsung menghantarkan gelombang di dalam otaknya. Kepalanya makin pusing. Dia memijat pelipisnya.

"Lo tadi minum apa sih?" ulang Sam.

"Air," jawab Calista ketus.

Sam memejamkan mata, menahan emosi. Baru saja dia mau membalas Calista, seorang cowok menghampiri cewek itu.
"Cal, lo udah sadar?"

Sam mengenali cowok itu sebagai pacar Soraya. Siapa namanya tadi? Raka? Rana?

"Iya, Ram."

Nah, itu dia. Rama, namanya. Sam menoleh pada cewek di sebelahnya yang menatap Rama dengan mata berbinar-binar.

"Lo nggak udah khawatir, Ram. Gue baik-baik saja. Lo emang temen gue, dari dulu sampai sekarang sama aja. Lo selalu khawatir sama gue."

Sam mengerutkan keningnya mendengar racauan Calista.

"Iya, gue tahu lo pasti baik-baik aja. Tapi bukan itu alasan gue ke sini. Gue mau bicara sama lo."

Calista mengangkat kedua alisnya. "Ngomong aja."

Rama melirik sekilas pada Sam. "Berdua aja, Cal. Nggak mungkin gue ngomong di depan kakak iparnya Soraya."

Calista menoleh pada Sam dengan secepat kilat. "Ka-kakak ipar?" ucapnya terbata-bata.

Only If You KnowWhere stories live. Discover now