07 - Him Again

185 31 3
                                    


 Cuslah baca AhdaIkrima  Androsluvena sudibyoayu diah022 Rasdianaisyah Imaa_Mou mauulanawisnu nanoniken TinnyNajmi meridian_dev umaya_afs Anie_SK HandiNamire99 AndienWintarii lailylamud

Calista mendecak kesal. Rambutnya sudah acak-acakan untuk menyusun data statistik TJSP yang teronggok begitu saja dalam aplikasi excel laptopnya. Selama ini ia tak pernah suka dengan yang namanya statistik. Bahkan, saat masih berseragam putih abu-abu dulu, ia lebih suka bolos daripada menyusun angka berantakan untuk mencari mean, median atau modis... modus? Apalah namanya itu.

"Iiiihhh!!!" pekiknya kesal kembali mengacak rambut ikal berantakannya menjadi tak berbentuk.

Napasnya memburu, kesal atas perkataan pria tampan tapi senga, teman tetangganya tadi. Tak habis pikir, kenapa rata-rata manusia dengan fisik menakjubkan selalu saja senga dan menganggap diri mereka paling benar. Mereka seolah menganggap kecantikan atau ketampanan yang mereka miliki layaknya milik para dewa-dewi dalam mitologi Yunani yang dapat dipuja bahkan disembah orang-orang bodoh yang terperangah dengan wajah mereka.

Calista menggeleng, berusaha menghilangkan pesona pria itu. Ditatapnya kembali layar monitor, ingin rasanya ia menutup layar laptopnya dan bergegas tidur untuk menenangkan diri, jika tak mengingat bagaimana dosen killer itu akan memberinya nilai E dan membuatnya harus mengulang mata kuliah itu.

*****

"Hei ... Panda!" pekik Jenar saat melihat Calista berjalan lemah. Calista menoleh, sebelum kemudian mendekati Jenar, Mari, dan Erna yang sudah duduk manis di kantin kampus.

"Idih... Lo kenapa butek kayak gini?" tanya Mari mengambil rambut Calista sebentar, sebelum akhirnya menghempaskannya saat merasa rambut sahabatnya itu berminyak, tanda ia tak keramas pagi ini.

Calista pasrah, saat ketiga sahabatnya mengatainya butek. Toh, benar seperti itu kenyataannya. Rambutnya berantakan, wajahnya lusuh, bahkan dengan dark circle yang menggantung bebas di bagian bawah matanya.

"laporan statistik lo kacau balau?" tanya Jenar mengerti situasi yang terjadi. Calista menatap Jenar dengan tatapan memelas, kemudian mengangguk lemah.

"Loh, data yang dikasih Roni nggak membantu?" tanya Erna yang dijawab gelengan Callista.

"Data yang dia kasih ngebantu sih, cuma .... "

"Lo nggak ngerti gimana ngeramu data itu jadi laporan statistik?" tebak Jenar membuat Calista manyun.

"Ya ampun, Lis ... Lis. Roni udah ngasih lo data selengkap-lengkapnya, tinggal lo susun, masih aja nggak bisa. "

Mata Calista berkaca-kaca mendengar ucapan Erna, "Lo tau sendiri kan, gue nggak pernah suka dengan yang namanya Statistika. Jangankan meramu data itu, bikin rata-rata nilai ulangan SMA aja gue nggak bisa, " keluhnya sontak membuat ketiga sahabatnya tertawa.

"Ih ... Jangan ketawa gitu dong, bantuin gue ngerjain. Mana bentar lagi Pak Romli masuk," rajuknya membuat ketiga sahabatnya saling pandang.

"Mana sempet, Ole.... Lagian lo gimana sih, udah dikasih data super lengkap tinggal nyusun masih aja nggak bisa."

Only If You KnowWhere stories live. Discover now