04 - Terlalu Menyilaukan

334 38 34
                                    

Tidak berpaling. Sam sama sekali tidak mengalihkan tatapannya dari sosok itu. Tangannya terulur ke depan dengan pandangan yang seolah mengunci lawan bicara.

Perempuan itu; Rein, sosok yang sudah menghilang dalam rentang waktu yang akan selalu Sam ingat, Sam hitung berapa lamanya hingga ia merasa lelah sendiri. Sosok yang masih dan Sam pastikan akan selalu mendapat ruang di hatinya. Dari dulu ... hingga batas waktu yang Sam sendiri tidak mampu memastikan.

Sedetik. Untuk secuil perubahan waktu itu, Sam sempat menangkap reaksi terkejut dari Rein. Namun di detik selanjutnya, perempuan itu nampak bersikap biasa.

Rein tersenyum, sebuah senyum formalitas, senyum ala kadarnya, senyum yang ... argh! Entah apa pun itu nama dan jenisnya, Sam tetap merasa senang. Perempuan ini ... setelah lekang waktu yang terasa begitu menyiksa bagi Sam, akhirnya bisa menunjukkan sebuah senyum lagi untuk dirinya.

Rein turut mengulurkan tangannya. Menjabat tangan Sam dengan erat sambil mengucapkan namanya memperkenalkan diri.

Nama.

Segera Sam merasa ada yang menusuk ujung jarinya dengan jarum.

Perempuan ini bersikap seolah mereka tidak saling mengenal, seolah Sam bukan apa-apa baginya, seolah sosok Sam tidak pernah hadir dalam kehidupan Rein.

Tapi rasa hangat yang menjalar di telapak tangannya menyadarkan. Seolah cepat-cepat menutup luka, menghilangkan rasa sakit, dan membuat ia merasa kembali baik-baik saja.

Tidak hanya menyembuhkan, sentuhan itu membuat Sam mengingat masa lalu. Kilasan-kilasan kebersamaan mereka dulu pun memaksa tampil, membuat Sam mau tak mau menoleh sejenak ke belakang.

"Sam, aku mau tidur."

"Silakan. Enggak ada yang ngelarang kamu buat tidur, Babe."

"Tapi tangan kamu, Sam! Astaga My Sammy! Bisa kamu singkirin tangan nakal kamu itu dari badan aku? Aku mau tidur, Sam. Tidur!"

Rein mendelik marah. Matanya yang sempat terpejam, kini terbuka lagi, menatap sosok lelaki yang berbaring di sebelahnya ini.

Sam tersenyum polos. "Aku kan cuma nyentuh tangan sama wajah kamu aja, Rein. Bukan area sensitif yang ... ya kamu taulah. Cuma tangan sama wajah, Rein. Apa itu sangat mengganggu buat kamu?"

Tentu saja tidak jika Sam tidak melakukannya dengan gerakan yang begitu halus. Seolah Rein adalah sebuah kapas yang begitu lembut hingga Sam menyapukan tangannya dengan begitu hati-hati ... dan penuh perasaan.

Rein menggeram kesal. Hal itu justru memancing tawa Sam. Lelaki itu baru berhenti tertawa ketika Rein menepis tangannya.

Tidak menyerah, Sam kembali menyapukan tangannya di wajah sang istri. Dipandangnya Rein dengan penuh perasaan. "Kamu tahu kan, Rein, kalo aku suka banget ngelus-ngelus kamu. Kulit kamu ini terasa lembut banget di tangan aku." Tangan Sam lalu turun ke telapak tangan Rein, mengelus sebentar sebelum akhirnya menggenggam erat.

Ditariknya pelan tangan Rein. Ia kecup mesra tangan perempuan yang begitu Sam cintai ini. "I Love you, my wife. Jangan ngambek ya." Sam lalu mengedipkan sebelah mata. "Oke, oke, kamu boleh tidur sekarang," lanjutnya setelah melepas genggaman di tangan Rein.

Rasa kesal yang sempat singgah, langsung menguap. Kini, bukannya kembali memejamkan mata dengan menjauhi Sam, Rein malah semakin merapatkan tubuhnya di pria itu. Ia ulurkan tangan untuk memeluk Sam, menempelkan kepala di dada bidang suaminya.

Belum sempat Sam bereaksi, kalimat Rein sudah kembali membungkamnya. "I love you more, my hubby."

Senyuman Sam melebar. Ia balas memeluk Sam, semakin merengkuh perempuan itu dalam dekapannya. "I love you best."

Only If You KnowWhere stories live. Discover now