11

214 15 0
                                    

Perpustakaan itu tampak hening. Vian dan Devin duduk bersebelahan dengan buku yang berada pada genggamannya masing - masing. Dihadapan Vian tepat sekali ada Febby yang sedang membaca novelnya.

Sebenarnya Vian hanya modus untuk dapat lebih lama melihat Febby.

Vian kesal, dia tidak suka membaca. "Vin, istirahat masih lama?"

Devin melihat jam yang melingkar dilengan kirinya. "Baru juga sepuluh menit, masih ada dua puluh menit lagi Yan."

Mata Vian melotot, padahal ia sudah membaca lumayan lama tetapi ia hanya membaca selama sepuluh menit. "Ah, gue mau basket ajadeh."

Vian pergi meninggalkan Devin yang kala itu hanya mengangguk. Sebelum keluar Vian sempat melirik Febby yang saat itu Febby sedang menatapnya.

Febby tersenyum, Vian pun membalas senyumannya. "Dah, Vin." Dan Vian benar - benar keluar dari perpustakaan untuk bermain basket dilapangan sekolah.

---------
Pagi ini Alfina memakai gelang tali yang disarankan oleh Lian. Halte bis lumayan cukup ramai. Hal itu membuat Alfina kembali berdecak kesal.

Tak lama bis yang Alfina tunggu akhirnya tiba. Dengan memegang pintu bis Alfina masuk dengan hati - hati kedalamnya.

Kursi cukup terisi penuh, tersisa satu kursi yang berada ditengah. Alfina segera duduk disana. Disampingnya, entah lelaki atau perempuan. Karena kepalanya tertutup dengan hoodie jaket yang menutup kepalanya rapat.

Alfina tidak menghiraukan itu, yang ia pastikan untuk saat ini yaitu bagaimana caranya ia sampai sekolah tepat waktu.

Tiba - tiba bis berhenti mendadak. Hal itu membuat tubuh semua penumpang sedikit maju kedepan dan terbentur kursi didepannya.

"Aw," ringis Alfina yang memegang keningnya.

"Duh," Seseorang disampingnya kesakitan. Tak lama hoodie yang menutup kepalanya terbuka memperlihatkan wajah seseorang yang Alfina sangat kenal.

"Alfin?" Alfina masih memegang keningnya.

Merasa terpanggil, Alfin menatap Alfina disampingnya. "Eh, elo?" Alfin lama menatapnya.

"Hai," Ragu - ragu Alfina menyapa.

Alfin masih tidak menyangka, "Lo beli gelang itu dimana? Kok sama kayak gue?"

Alfina menoleh, "I..ini gelang waktu gue masih kecil. Temen kecil gue yang beli soalnya ini samaan." Alfina tersenyum.

Alfin memegang keningnya, "Duh."

"Eh lo kenapa?" Alfina khawatir.

Alfin menggeleng, "Ngga tadi agak pusing dikit."

"Sekarang masih? Lo pulang aja kalau gitu ngga usah sek-"

"Udah ngga apa - apa kok. Makasih." Alfin tersenyum.

Alfina mengangguk. Mereka berdua terdiam hingga sampai pada halte sekolah. Alfina turun terlebih dahulu dan berjalan menuju gerbang untuk segera bercerita pada Lian tentang kejadiannya di bis tadi.

"Alfinaa!" Alfin memanggil.

Alfina yang sedang berjalan cepat mendadak berhenti seketika. Dengan cepat ia menoleh kebelakang tepat dimana Alfin berada.

Alfin berlari menuju Alfina, lelaki itu sempat ragu dengan apa yang akan diucapkannya. "Mm, boleh gue tau siapa nama temen kecil lo?"

Alfina terkejut, "Hm.. Namanya A-"

"Aal!!" Seseorang memanggil Alfina.

Mereka berdua menoleh ke sumber suara, "Lian?"

"Hai!" Lian melambaikan lengannya.

Childhood MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang