35

138 16 0
                                    

"Jadi bagaimana dengan kondisi saya dok?" Tanya Alfin yang baru saja keluar dari tirai pemeriksaan.

Dokter bernama Reno itu terdiam menatap komputer yang berada dihadapannya.

Alfina menggenggam lengan Alfin. Kedua sejoli itu terus menunggu jawaban dokter dihadapan mereka tak sabar.

"Maaf hasil tes akan saya kirimkan lewat email satu minggu setelah ini." Dokter Renopun berbicara.

Alfina menatap kejanggalan pada wajah Dokter Reno.

"Yasudah, jika hasilnya sudah ada segera kirimkan lewat email ya dok. Terimakasih sebelumnya." Alfin bersalaman dengan Dokter Reno.

"Iya pak sama - sama." Dokter Reno menyambut salaman pada lengannya.

Setelah bersalaman, Alfinpun mengajak Alfina keluar untuk pulang.

"Kamu kenapa?" Tanya Alfin yang kini sudah duduk pada kursi pengemudi.

Alfina disampingnya tersenyum, "Ngga kenapa - kenapa kok. Ohiya, kita mau pulang?"

Alfin mengangguk, "Yap, memangnya mau kemana lagi?"

"Aku bosan dirumah." Ucap Alfina merujuk.

"Yaudah kita makan diluar ya. Mau?"

Mendengar hal itu membuat Alfina kegirangan, "Mau mau!"

Alfin mencubit pipi Alfina lucu, "Okey! Let's go!"

Mobilpun mulai melaju dan membelah jalanan Yogyakarta. Tanpa macet dan gangguan lainnya mereka berdua sudah sampai pada Restoran kecil di ujung kota.

"Kamu mau makan apa, Sayang?" Tanya Alfin yang mulai sibuk membuka menu.

"Dimsum!" Ucap Alfina kegirangan.

"Nasi dong, jangan cemilan." Alfin memohon.

Alfina menggeleng, "Aku maunya dimsum, Sayang."

"Tapi nanti pulangnya makan nasi ya." Alfin menbuat perjanjian.

"Oke bos!" Alfina terkekeh.

Alfin tersenyum, tak lama lelaki itu memanggil waiters.

"Iya, ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya waiters tadi ramah.

"Saya pesan dimsum satu sama cane nutella satu ya. Minumnya es teh manis aja dua." Alfin tersenyum pada waiters tadi.

"Baik, silahkan ditunggu ya." Waiters tadi berlalu.

Alfin mengangguk, lalu menatap Alfina yang sedang menatap sesuatu dibelakang Alfin.

"Kamu liat apaan sih?" Tanya Alfin sampai ia ikut menoleh ke arah belakang.

"Itu Rio bukan s-"

"Rio!!" Panggil Alfin yang membuat lelaki yang sedang terduduk sendirian dipojok sana menoleh.

Merasa terpanggil Rio menoleh dan menatap ke arah Alfin dan Alfina yang sedang menatapnya dengan tersenyum.

Segera Rio berjalan ke arah Alfin dan memeluk sahabat lamanya itu erat.

"Lo apa kabar?" Tanya Alfin segera setelah pelukan mereka terlepas.

Rio tersenyum, "Gue baik. Lo gimana?"

"Gue baik banget, Yo lo kemana aja sih?" Alfin memegang bahu Rio erat.

"Hahaha, gue lagi belajar diluar dan sekarang lagi liburan." Rio tersenyum. "Ohiya, Alfina?" Tanya Rio ragu - ragu.

Alfina yang sedari tadi hanya terdiam menatap Rio kini perempuan itu mengangguk lemah, rasanya Alfina tidak percaya. Karena Rio orang yang dulu bersamanya sudah berubah 180°.

"Apa kabar lo?" Tanya Rio yang perlahan mulai memeluk Alfina.

"Eit, jangan peluk - peluk." Ucap Alfin mencegah Rio.

Rio menatap Alfin kebingungan,

Alfin tersenyum, lelaki itu memperlihatkan jari - jarinya yang terselip cincin yang sama dengan yang dipakai Alfina.

Rio menatap tidak percaya, "Kalian? Menikah?"

Dengan senang hati Alfin merangkul Alfina disampingnya, "Yap, dan lo jahat ngga datang ke pernikahan kita."

"Wah! Selamat ya. Sorry, gue bener - bener ngga tau." Rio menyalami Alfin dan Alfina.

"Gimana kita mau kasih kabar kalau lo aja ngilang kayak ditelan bumi Yo." Alfina akhirnya berbicara.

Rio terkekeh, "Sorry, handphone gue hilang dipesawat waktu gue berangkat dan jadinya gue ngga bisa kabarin siapapun termasuk keluarga gue."

"Iya ngga apa - apa kali. Yang terpenting sekarang kita udah ketemu lagi ya kan?" Ucap Alfin yang tersenyum.

Rio mengangguk.

Tak lama pesananpun datang Alfina dan Alfin segera makan bersamaan dengan Rio yang membawa makanannya dan duduk dimeja tempat Alfin dan Alfina sekarang.

"Jadi kalian udah punya berapa anak?" Tanya Rio tiba - tiba yang membuat Alfina terbatuk.

"Duh sayang, nih minum dulu" Alfin memberikan es teh manis pada Alfina sembari mengelus punggung istrinya.

Alfina masih meminum es teh nya, dan Alfinlah yang menjawab pertanyaan Rio.

"Kita belum punya anak Yo." Ucap Alfin tersenyum.

"Ohgitu." Rio mengangguk.

Suasana canggung menyelimuti mereka, entahlah tanpa siapapun tau hati Alfina seperti teriris rasanya mendengar pertanyaan semacam itu.

Jujur, ia ingin bertanya pada siapapun yang bisa menjawabnya dengan jawaban yang masuk pada akal dan hatinya.

Pertanyaan konyol yang seharusnya ia sendiri yang bisa menjawabnya.

'Mengapa ia tidak bisa mendapatkan keturunan?'

------------
Halooo! Heheh cie cie liburaaan. Aku insya allah bakalan selesaiin secepatnya karena aku lagi free. Freehatin maksudnya. Eh?

Heheh selamat liburan yaaa!

Childhood MemoriesWhere stories live. Discover now