24

146 18 0
                                    

Akhirnya hari yang ditunggu - tunggu oleh semua murid kelas dua belas tiba juga.

Hari kelulusan, dimana hari itu adalah pengumuman bagi semua kelas dua belas apakah mereka lulus dengan nilai memuaskan atau tidak.

Tetapi ternyata 250 dari 300 siswa mendapatkan nilai yang memuaskan. Dan sisanya mungkin mereka harus berusaha untuk belajar lebih giat lagi. Namun, semua murid kelas dua belas lulus semua.

Termasuk Alfina dan Lian, keduanya seketika berpelukan ketika membuka amplop berisi kertas hasil Ujian Nasional masing - masing.

"Aaaah! LIAAAN GUE LULUS!" Teriak Alfina memeluk Lian.

Lian meloncat - loncat, mereka berpelukan sambil berputar. "IYAAA AL GUE JUGA LULUS! IBUUU LIAN LULUSSS!" Teriak Lian tak kalah kencang.

Keduanya melepas pelukannya sadar menjadi tontonan orang - orang.

"Alhamdulillah, nilai mate gue bagus. Yaaan gue seneng!" Alfina memelankan suaranya.

Lian mengangguk, "Gue juga! Nilai kita beda satu angka. Al, gue juga bagus Matenya. Alhamdulillah!"

"Yan kita merayakan kesenangan ini yuk?" Ajak Alfina senang.

Lian menatap Alfina, "Lo mau kita coret - coret baju? Ngga ah nanti gue dimarahin Ibu."

Alfina menoyor kepala Lian, "Nggalah lo kira gue anak bandel apa? Kita ke mall nonton udah lama loh kita ngga nonton. Yuk?"

Lian meringis karena mendapat sentuhan dikepalanya, "Oh itu, gue kira apa. Kalau itusih gue juga setuju. Yuk!"

Mereka berduapun berjalan menuju gerbang sekolah tanpa mereka sadari seseorang sudah menatapnya sedari tadi. Ingin rasanya orang itu berbicara pada Alfina. Ingin berbicara mengenai banyak hal tetapi karena kesalahannya hal itu tidak mungkin akan terjadi. "Maafin gue Al." Ucap Alfin tersenyum tipis.

----------------
Film yang mereka tonton adalah film Dear Nathan. Film yang akhirnya mereka tonton juga, beruntung film itu masih ada di bioskop.

"Gilaaa Jefri Nichol ganteng paaraaaah!" Teriak Lian histeris ketika mereka keluar dari studio bioskop.

Alfina mengangguk setuju, "Iya gila - gila apalagi waktu dia pegang tangannya Amanda terus terus... Ah bisa ngga tidur gue!"

"Iya - iya kayaknya gue juga! Eh mau kemana lagi nih? Foto box yukkk!" Ajak Lian.

Alfina histeris, "Ayo - ayo!"

Merekapun mencari tempat foto box dan masuk kedalamnya. Melakukan beberapa kali gaya dan akhirnya keluar untuk membayar foto tersebut.

"Ih kita lucuuu!" Alfina berteriak lagi ketika melihat hasil foto yang berada digenggamannya.

"Iya kita lucu ya? Gue seneng bisa sahabatan sama lo Aal" Lian memeluk Alfina.

Alfina memeluk Lian balik, "Iya gue juga senenglah. Lo jadi sahabat gue terus ya."

"Iyalah pas-"

Kruyukkkk. Cacing diperut Alfina dan Lian berbunyi. Keduanya menatap satu sama lain.

"Hahahahaha" Keduanya tertawa karena mereka sama - sama lapar. Memang setelah pulang sekolah tadi mereka belum makan apapun karena terlalu asyik merayakan kelulusan mereka.

"Yaudah makan yuk, gue laper dan lo pasti laper jugakan?" Tanya Lian.

Tanpa berbicara apapun, Alfina mengangguk karena Lian pasti sudah tau bahwa dirinya juga lapar.

Keduanya mencari tempat makan dan masuk kedalam restoran cepat saji untuk mengisi perut perut kelaparan mereka.

Hampir dua jam mereka berada ditempat makan, bukan perempuan namanya kalau makannya cepat pasti mereka selalu berbicara banyak hal selagi makan.

"Eh udah yuk, udah malam nih." Alfina melihat jam yang melingkar dilengan kirinya.

Sudah pukul tujuh malam dan mereka masih berada didalam mall sedari siang.

"Iya, yuk." Merekapun berdiri lalu berjalan menuju pintu keluar.

Pintu keluar sudah didepan mata, tetapi Lian menariknya kesebuah booth yang berisi banyak aksesoris.

"Gue mau beli gelang buat promnight nanti. Lo jugakan? Ayolah bentar kok Aal." Bujuk Lian.

Alfina tersenyum lalu mengangguk, "Yuk, gue juga mau beli."

Lian tersenyum, lalu mereka memilih gelang yang begitu banyak macamnya. Kalau seperti ini semakin malam pasti mereka pulang.

"Al, lebih lucu mana? Ini atau ini?" Tanya Lian membutuhkan saran.

Alfina tampak berfikir. "Baju lo warna apa nanti?"

"Warna biru tua gitu."

Alfina menganggukkan kepalanya, "Kalau menurut gue sih lebih bagus yang ini." Tunjuk Alfina pada gelang yang berada dilengan kanan Lian.

"Okedeh gue beli yang ini. Lo mau beli gelang yang mana?" Tanya Lian lagi.

Alfina terdiam. Ia berfikir mungkin ia lebih memilih untuk memakai gelang yang dahulu diberi Alfin.

"Gue mau beli kutek aja deh Yan. Tunggu ya." Alfina berjalan kederetan kutek. Banyak warna yang berderet rapih disana. Tetapi, dengan cepat Alfina memilih kutek berwarna silver yang cocok dengan baju yang akan dipakainya nanti.

"Yuk," Ajak Alfina menuju kasir.

Setelah membayar keperluan masing - masing. Merekapun keluar dari booth aksesoris tersebut.

"Ternyata udah malem banget ya Yan." Alfina menatap jalanan gelap yang berada dihadapannya.

Lian mengangguk, "Iya ini sih kita bener - bener merayakan kelulusan banget ya?"

"Iya betul."

Keduanya masih menatap langit yang gelap. Sudah pukul sembilan malam dan bukannya pulang mereka hanya menatap bingung langit yang gelap.

"Eh malah ngelamun sih? Yuk ah balik." Ajak Alfina menarik lengan Lian.

"Heheh sorry - sorry kebawa suasana gue. Yuk ah"

Keduanya berjalan menuju jalanan raya dan menaiki bis yang masih beroperasi malam itu.

Keduanya tampak lelah, hari ini benar - benar hari yang tak akan pernah terlupakan bagi keduanya.

Siapa sangka? Pertemuan mereka dikelas yang tadinya Alfina pikir ia tidak akan memiliki teman ternyata ia mendapatkan teman sekaligus sahabat seperti Lian yang baik padanya.

Mereka Lian dan Alfina. Persahabatan mereka tidak akan pernah berhenti walaupun sekolah sudah berakhir.

Mungkin mereka akan terus bersahabat hingga mereka memiliki suami, anak bahkan cucu mereka tidak akan pernah melupakan sahabatnya masing - masing. Karena mereka telah berjanji pada hatinya maaing - masing.

-----------
Halooo! Maaf ya aku telaaaaaaaaaaaaaat banget updatenya. Pertama hp aku rusak kedua note ceritanya nya ngga bisa kebuka jadi aku bingung mau nulis apa karena didalam note itu udah aku rencanain isi cerita ini sampai akhir. Jadi maaf ya.

Ohiya kangen curcolku ngga?
Aku mau curhat nih. Ini tentang dia. Bukan dia yg dulu ada dipart sebelumnya ya ini beda lagi. Dia temen SMPku.

Aku bingung deh entah aku ini kenapa tapi aku selalu kangen sama dia, aku khawatir juga menurut kalian aku kenapa?

Tapi yg aku ngga suka dia itu ngga gentle. Terlalu malu buat menyatakan pendapat. Jadinya aku juga bingungkan. Ya akhirnya kita gini aku suka dia tapi entah dia suka siapa. Tapi karena sikap dia yg gitu ya aku lebih milih ngalah lah.

Yakali aku terus yg berjuang? Kalau dia ngga berjuang juga buat apa? Mendingan aku pergi. Ya gak?

Udah ah makasih udah baca curcolnya heheheh.

Love you, Holis.

Childhood MemoriesWhere stories live. Discover now