epilogue

6K 521 271
                                    


Ya, setiap orang memiliki bagian dalam kehidupan mereka yang tak pernah ingin mereka ulang. Song Ahreum sebenarnya hanya berpikir bahwa ia akan menepatkan seorang Reese dalam garis itu. Ia mengakui, Reese adalah segala rahasia yang ia punya.

Apapun yang terjadi dengan dirinya dan Reese, tak pernah ada satupun yang tahu. Apa yang selama ini mereka lakukan pun, hanya mereka yang tahu.

Sebelum benar-benar memutuskan untuk melupakan Reese, setelah mem-block kontak lelaki itu, Ahreum tidak begitu saja lupa, kadang ia mencoba meng-unblock kontaknya seharian, dan berharap lelaki itu akan menghubunginya. Namun, hasilnya selalu nihil.

Ahreum sudah sampai ketitik terendah, merasa jadi yang paling bodoh dalam kasus ini.

Ia pikir Reese itu serius dengan semua pernyataanya atau apapun itu yang pernah di samapaikan pada Ahreum, tetapi nyatanya tidak. Jika iya, Reese pasti sudah mencarinya sejak lama. Maka dari itu, Ahreum memutuskan untuk melepas lelaki itu dan melupakannya.

Membiarkan lelaki itu hanya berada dalam kenangannya saja, karena setiap pertemuan akan selalu memiliki arti. Dimana ia bisa menjadi pelengkap dalam hidup kita, atau menjadi sebuah pelajaran untuk hidup kita kedepannya.

Reese telah membuat Ahreum paham, cinta itu sebuah rasa yang sulit dielakkan, bisa datang kapan saja, bahkan pada orang yang sama sekali belum kalian temui. Namun, Reese juga sudah membuat Ahreum belajar untuk tidak mudah percaya dengan kata-kata siapapun, jangan mudah berharap banyak pada apapun.

Seperti halnya ketika Reese yang memintanya tetap tinggal, tetapi nyatanya justru ia yang menghilang, dan kembali hanya dengan secarik kertas.

Hidup Ahreum bukan hanya tentang Reese, di depan ia masih memiliki cerita yang panjang, masih banyak hal-hal lain yang lebih menarik daripada seorang lelaki yang membuatnya patah hati, bahkan sebelum mereka di pertemukan. Reese hanya segelintir masa lalu yang akan hilang terurai waktu.



_______

































































EXTRA CHAP
﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

"Anda harus tetap banyak mengkonsumsi makan-makanan yang sehat, kalau memang sangat mual, sedikit-sedikit saja. Nyonya terlihat sangat lemas."

Ahreum berdiri di depan seorang pasien, seorang wanita muda dan masih hamil muda, ia terlihat sangat lemas dan pucat. Wanita itu tersenyum tipis sambil mengangguk, ia baru saja jatuh tak sadarkan diri di kamarnya. Pasien tersebut mengalami mual muntah berlebihan saat trimester awal kehamilan.

Kebetulan, sebagai Ko-as yang bertanggung jawab di ruang VVIP itu, Ahreum di percaya oleh perawat senior untuk memeriksa pasien tersebut.

"Baik dokter, akan saya usahakan," jawabanya lemah, Ahreum tersenyum.

"Janin anda harus mendapat nutrisi yang cukup, apalagi ini anak pertama." tambahnya lagi sambil memandang wanita itu, wanita itu kembali mengangguk.

Saat Ahreum baru saja ingin bicara lagi, tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan tersebut, Ahreum sebelumnya terlihat tenang kembali memberikan advice dan motivasi pada pasien tersebut agar tetap makan dengan baik, tetapi seketika perkataannya terhenti.

"Anda juga boleh mengkonsumsi-" mata Ahreum menangkap sosok itu, lelaki pucat yang baru saja masuk kedalam ruangan tersebut, lelaki yang tidak asing di matanya, "Es krim jika tidak menyukai susu..." Ahreum memelankan suaranya saat mencoba kembali menatap pasiennya.

Seketika semua yang sudah tersusun dapi dalam benaknya untuk di sampaikan, menghilang. Tergantikan wajah lelaki pucat itu.

"Um, saya rasa sudah cukup... Anda bisa menghubungi kami dengan bel tersebut jika butuh apapun." Ahreum mencoba menjaga sopan santun dan melirik lelaki itu sesekali, ia yakin, lelaki itu juga tengah menatapnya.

"Baik Dokter Song, terimakasih."

Setelah mendengar kalimat itu, Ahreum pun segera bergegas keluar dari ruangan tersebut dengan dada yang terasa terhimpit kuat, ia tidak tahu darimana perasaan itu berasal. Namun, lelaki tadi benar-benar persis dengan Reese Min.

"Dokter Song!" Ahreum mendengar suara itu di belakangnya, suara serak yang pernah ia dengar beberapa tahun yang lalu, yang hanya ia dengar lewat telepon, dan kini terdengar nyata. Ahreum tak mau menghentikan langkahnya, sama sekali tidak.

Namun, lelaki itu justru berlari menghadang jalannya. Lelaki yang tiga tahun lalu menjadi tempat ia mengadu dan selalu menjadi alasan Ahreum tersenyum sendiri, lelaki yang pernah memintanya untuk tetap tinggal, tetapi justru ia yang pergi.

Reese Min berdiri dihadapannya, lelaki pucat itu menatapnya serius.

"Dokter Song, apakah kau tidak ingat padaku?" tanya lelaki itu terdengar agak resah, tapi wajahnya diliputi senyum samar yang membuat Ahreum merasakan nyeri di dadanya.

"Hm..." Ahreum menatap sekitarnya, mencari alasan untuk segera pergi, keberuntungan bersamanya, seorang dokter-yang kebetulan adalah pembimbingnya-sedang berjalan menuju kearahnya.

"Kita baru saja bertemu," Ahreum melirik segerombolan itu, "tentu saja aku ingat, anda adalah suami dari pasien di bangsal 227, 'kan?" Ahreum mencoba tersenyum ramah, tetapi justru hal itu membuat lelaki itu melunturkan senyumnya, dan hanya bisa memandang gadis itu yang terburu-buru meninggalkannya.

"Tuan, mohon maaf saya ada kepentingan lain." sambungnya cepat dan langsung menyusul segerombolan orang yang baru saja lewat.

Maka lelaki itu hanya bisa diam, ia membiarkan gadis yang selama ini ingin ia temui meninggalkannya begitu saja.

Reese Min terdiam, menatap punggung gadis itu. Ternyata ia lebih cantik dari yang ia bayangkan, lebih ramah dan baik daripada yang ia bayangkan.

Hanya dengan melihat senyum gadis itu saja membuat Reese merasa ada sesuatu yang kembali, ada kehampaan yang terpenuhi lagi.

_____

















Bad Things  » (m)ygWhere stories live. Discover now