satu

180 12 1
                                    

Rasa kantuk menyerang Ken pagi ini. Kepala nya terasa berat. Ini pasti karena semalam mengerjakan tugas remedial dari Bu Gajah. Seriusan. Namanya itu Galia Sejahtera. Disingkat Gajah.

Tugasnya membuat makalah Biologi tentang bakteri dan virus sukses membuatnya kurang tidur. Belum lagi kelakuan adiknya yang berumur 5 tahun, Nadya, yang membuatnya tidak bisa tidur. Orangtuanya sedang mengurus perusahaan di luar negeri. Terpaksa Nadya ditinggal di rumah. Karena waktu orangtuanya mau pergi, Nadya sedang sakit. Sedangkan nanny-nya kalo sudah sore, ya pulang. Adiknya yang kembar, Jovan dan Jordan, yang berumur 15 tahun, memilih untuk tidur dan tidak membantunya menjaga Nadya.

Terpaksa Ken yang menjaga Nadya. Dan itu cukup membuatnya kurang tidur.

Sekarang ia malah mengantuk di kelas. Bagusnya, habis ini adalah pelajaran olahraga. Jadi dia bisa tidur di lapangan. Di bawah pohon.

Kringgggg kringggggg

"Ya. Pelajaran saya sudahi sampai disini. Ingat. Jangan lupa belajar untuk ulangan lusa. Kalo nilai jelek, tidak ada remedial. Khususnya kamu, Kenneth Edmund Lawrent," kata Ibu Fanya.

Ken hanya mengangguk.

Ibu Fanya keluar, dan anak-anak langsung berganti pakaian di ruang ganti. Berbeda dengan teman sekelasnya yang mengganti pakaian, ia hanya membuka kemejanya dan menurunkan celana sekolahnya. Dan ta-da. Dia sudah pakai baju olahraga.

.

.

.

.

.

Setelah disuruh berlari keliling lapangan untuk pemanasan, hari ini prakteknya bebas. Dan kalian sudah tau pasti apa yang akan dilakukan Ken. Tentu saja tidur dibawah pohon.

Sekarang waktunya tidur.

Tapi ada sesuatu yang menyita perhatiannya. Disana, diseberang lapangan yang kelasnya pakai. Seorang cewek yang rambutnya diikat jadi satu. Entah mengapa kakinya menuntunnya ke tempat cewek itu berada.

Dia menarik lengan cewek itu, memaksanya menatap mata Ken. Sekarang mereka menjadi pusat perhatian 2 kelas.

"Kita pacaran," tegasnya.

Shit!

Cewek itu beku ditempat. Terlebih lagi, belum sempat ia menjawabnya, Ken sudah langsung mencuri first kiss nya dan melenggang pergi, meninggalkannya yang masih terpaku, bengong di tempat.

Ken pergi untuk tidur dibawah pohon lagi. Baru saja ia ingin menutup matanya, tiba-tiba cewek itu berdiri di depannya sambil berkacak pinggang. "Woi! Bangun gak lu!"

Ken membukanya matanya dengan enggan, berdiri dan tersenyum pada cewek itu. "Kenapa?" Singkat, padat, dan tidak jelas.

Cewek itu menggeram dan hampir menampar cowok itu kalo saja dia tidak ingat dia ada di sekolah. "Lu nanya kenapa? Udah gila lu ya? Kesadaran lu dibawah 0? Udah jelas-jelas apa yang lu lakuin itu tadi salah. Gue gak kenal lu dan tiba-tiba lu bilang kalo kita jadian. Lu juga nyium gue! Dasar cowok kampret," bentaknya dengan cepat. Seperti tidak ada titik koma.

Satu yang dipikiran Ken.

Cewek ini lucu.

Tidak salah kalo tadi Ken mengajaknya pacaran. Eng, mungkin memaksanya pacaran.

"Dan lagi, lu bahkan gak nanya apa gue mau pacaran sama lu apa engga. Gila."

"Emang lu gak mau pacaran sama gue?" tanya Ken to the point. Senyum masih terpasang di wajahnya.

Amour Indicible [STOP]Where stories live. Discover now