tujuh

49 5 2
                                    

Masuk kedalam rumah, Ken nyelonong pergi ke kamarnya begitu saja.

Tapi, langkahnya terhenti saat ayahnya yang baru saja pulang itu bersuara. "Dari mana saja kamu?"

"Bukan urusan anda." Dan ia kembali menapaki tangga menuju kamarnya.

"Kenneth!"

Ken kembali berhenti di tangga. Tanpa berbalik ia menjawab, "Apa lagi?"

"Turun. Papa mau bicara."

Ken mendecih dan tersenyum miring. "Bicara? Apa itu? Saya tidak tau apa itu bicara."

"Kenneth Edmund!"

"Permisi."

Dan tanpa persetujuan, kali ini ia benar-benar masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintu kamarnya.

Ayahnya baru saja ingin mendatangi kamar Ken, kalau saja sebuah tangan tidak menenangkannya. "Peter. Biarkan dia sendiri dulu. Dia sudah dewasa. Dan dia lelaki. Dia bisa menjaga dirinya sendiri."

"Tapi dia pulang jam berapa ini? Sudah jam setengah 10."

Yap. Memang tadi Ken sudah pulang sama Caroline tadi. Tapi setelah mobil Caroline melaju pergi, Ken hanya ke garasi, mengambil motornya dan pergi ke taman. Bermain ayunan yang menurutnya sudah terlalu kecil. Bosan, ia pergi ke warnet, bermain game. Sampai sekarang, barulah ia pulang.

Wanita paruh baya itu tersenyum menenangkan. "Kamu harus mencoba untuk mempercayainya. Dia anak kamu. let him be free. but do not be too free. I know you're worried, but you need to believe that he's a good boy. Dia anak kamu."

Menyerah, Peter, ayah Ken, memilih untuk duduk kembali.

"Mau makan? Dari pulang kamu belum makan sama sekali."

"Iya."

##

Ken sedang berbaring santai saat kedua adik kampretnya, maksudnya, kembarnya, masuk ke dalam kamarnya tanpa ijin.

"Ape lagi?"

"Kakek kemana aja?" tanya Jovan to the point.

Ken melotot, "apa tadi lu manggil?"

"Kakek."

"Monyong. Gue bukan kakek-kakek. Masih 18 tahun."

Jordan langsung saja tiduran di samping Ken tanpa ijin. Lagi. Jovan memilih untuk duduk di kursi meja belajar Ken.

Sambil memainkan hapenya, Jordan berkata, "jangan ngalihin pembicaraan. Kaken kemana tadi?"

"Kepo."

"Yeh. Songong ye lama-lama," kesal Jordan.

Tak

"Kurang ajar ngatain yang lebih tua."

"Kurang ajar ngomong pake 'anda' sama orangtua sendiri," celetuk Jovan.

Ken mendengus dan kembali berbaring. Memang salah sih, tapi, ah sudahlah. Dia tidak ingin membicarakan hal itu.

Tok tok tok

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan wanita paruh baya yang melangkah masuk ke kamarnya, lagi, tanpa persetujuan.

Sepertinya ia harus memasang password untuk pintu kamarnya nanti.

Melihat Maminya masuk dan tersenyum, Jovan dan Jordan mengerti. Mereka memeluk Maminya sebentar dan kembali ke kamar mereka.

Meninggalkan Ken dan Mami berdua di kamar. Menciptakan keheningan keheningan yang cukup lama, sebelum akhirnya Maminya menghela nafasnya pelan. "Ken."

Amour Indicible [STOP]Where stories live. Discover now