tiga

95 7 11
                                    

Pelajaran sudah berlangsung cukup lama sejak bel istirahat selesai, tapi tidak ada tanda-tanda adanya kehadiran Ken di kelas.

Bu Wenda, selaku guru Matematika yang sedang mengajar di kelasnya akhirnya menyadari kalau tidak ada tanda-tanda kehadiran Ken di kelasnya.

"Dimana Kenneth?"

Rata-rata anak-anak dikelasnya menggeleng. "Tidak tau, Bu."

"Ketua kelas. Dimana Kenneth?"

Danny, sang ketua kelas menggeleng. "Saya juga gak tau, Bu. Dia kan emang suka bolos. Nah itu dia." Pintu kelas terbuka, memunculkan seseorang yang tak lain adalah Ken.

Ia menunduk singkat lalu pergi ke tempat duduknya. "Kenneth! Dari mana saja kamu?"

"WC," jawabnya acuh.

"Saya sedang serius, Kenneth."

"Saya juga serius, Ibu Wenda. Saya abis buang kotoran."

"Kotoran apa?"

"Upil."

Sontak satu kelas tertawa pelan. Tawa mereka terhenti karena pelototan dari Bu Wenda. "Sekarang kamu maju ke depan. Selesaikan coba."

Ken menggeleng di tempat duduknya. "Saya gak bisa."

"Saya tidak mau tau. Kamu coba dulu kerjakan."

"Tapi saya gak bisa, Ibu."

"Kenneth! Mau pilih kerjakan atau saya hukum lari keliling lapangan 2 kali karena kamu telat?"

"Lari." Ia berdiri dan berjalan keluar dari kelasnya menuju ke lapangan.

Bu Wenda hanya bisa menggelengkan kepalanya, lelah.

###

Lari dua putaran bukanlah hal yang sulit untuk Ken lakukan. Itu sudah biasa. Mengingat eskul dia apa. Berenang. Jadi lari dua putaran bukanlah hal yang sulit.

Ia duduk di bawah pohon dengan nafas yang tersengal-sengal. Rasanya ia ingin bolos saja. "Nih minum."

Sebuah botol mineral terulur padanya. Ken menelusuri tangan siapa yang memberikannya air itu dan ia tersenyum tipis mendapati kalau iti adalah Caroline.

Dengan senang hati Ken menerimanya dan menepuk sampingnya, menyuruh Caroline duduk. Caroline duduk dan ikutan bersandar di batang pohon.

"Lu gak nanya kenapa gue bisa kasih lu minum?"

Ken menoleh dan menggeleng. "Engga."

Caroline mendengus dibuatnya. "Gak punya hati," gumamnya pelan. "Gue lagi free class. Tadi mau ke kantin, terus liat elu lagi lari, jadi gue beliin minum. Karena lu pasti haus abis lari."

Ken terkekeh dan mengacak rambut Caroline. "Makasih ya."

Caroline mempoutkan bibirnya dan membereskan rambutnya. "Demen banget sih berantakin rambut orang. Susah tau nata nya."

"Yailah. Tetep cantik kali berantakan juga."

"Gue tabok ye ampe gombal lagi."

Ken hanya tertawa dan mengacak rambut Caroline lagi. "Ish. Lu itu budegh apa gimana sih? Sudah dibilangin jangan ngacak-ngacakin rambut gue."

"Suka aja gue."

Caroline mendengus dan berdiri, berbalik dan meninggalkan Ken yang terkekeh di tempatnya. Ken juga tidak mengejarnya.

Caroline kembali ke kelasnya dengan wajah masam. Gizel yang melihatnya sudah tahu apa penyebabnya. "Ken lagi?"

"Iyelah. Siapa lagi." Ia mengambil pouch make-up-nya dan pergi ke toilet diikuti oleh Gizel disampingnya. "Gedeg banget gue sama itu cowok. Gak ada romantis-romantisnya amat kali. Ngomong juga irit. Cape gue," ujarnya sambil memoleskan liptint di bibirnya.

Amour Indicible [STOP]Where stories live. Discover now