enam

47 6 0
                                    

Olahraga

Untuk sebagian orang, mungkin olahraga adalah hal yang ditunggu-tunggu. Tapi tidak dengan Caroline. Yah. Dia tidak suka dengan yang namanya olahraga.

Hampir setiap hari ia berolahraga. Entah itu pilates, yoga, treadmill, dan yang lainnya. Itu semua dilakukan untuk menjaga bentuk tubuhnya dan juga berat tubuhnya. Sebenarnya, yang diperhatikan hanya berat massa indeks, atau yang kita ketahui dengan BMI. Tapi untuk Mamanya, berat badan lebih penting. 

Dan itulah yang membuat Caroline tidak suka olahraga, tepatnya bosan.

Belum lagi tubuhnya lemas. Lapar. Ia ingin sekali makan. Tapi ia urungkan niatnya tersebut.

Dengan langkah ayng lemas, ia berjalan ke lapangan basket indoor, mengingat cuaca yang tidak mendukung dari pagi. 

"Bersihkan yang benar, Kenneth!"

"Iya, Pak."

"OH MY GOSH!"

"Gila. Keringetan aja cakep yak."

"Ken itu kenapa ganteng banget dah."

"Car! Ada cowo lu noh disono."

Tidak perlu dikasih tau juga Caroline sudah memandang kesana. Ke arah cowok yang tengah membersihkan lapangan. Cowok yang tiba-tiba menatapnya dan tersenyum tipis.

Tersenyum.

Apa?

"Gila gila!!! Dia senyum ke gue!!!!"

"Apaan sih orang dia senyum ke gue."

"Ken. Banyakin senyum dong. Makin ganteng."

"Pokoknya dia senyum ke gue."

Caroline mendengus. Dasar tukang tebar pesona.

"Baik. Sekarang, kalian akan praktik basket. Silahkan dibagi tim. Cewek dan cowok. Bagi dua. Jangan ada yang gabungan ya."

Rasanya ia ingin melarikan diri dari sini. Ia tak mau olahraga. Tapi daripada ia harus dihukum karena kabur, lebih baik dia menurut saja.

Setelah pembagian kelompok, permainan dimulai. Dan sialnya, cewek yang main duluan. Sungguh kampret guru itu.

"Bola nya woi. Bola!"

"Oper! Oper!"

Dengan sigap Caroline menangkap bola hasil lemparan temannya itu dan, menggunakan jurus Drive. Dengan bermodal nyali dan kelincahan kakinya, Caroline berani melakukan hal tersebut. Sedikit lagi sampai di ring, langkahnya terhenti dan jatuh, tersengkat oleh lawan. Dalam permainan bola basket, tentu harus punya stamina. Dan saat ini, dengan program diet, Caroline tidak dalam keadaan fit. 

Tubuhnya terjatuh dengan pandangan yang semakin lama memburam. Hanya pekikan dan teriakan yang ia dengar saat  ini. Gelap.

##

Ken yang memperhatikan dari jauh, tersenyum melihat Caroline bermain basket. 

Dan tongkat pel yang ia pegang, langsung ia jatuhkan saat melihat gadisnya jatuh. Ia berlari mendekati Caroline, tidak peduli dengan teriakan Pak Kumis yang meneriakinya untuk kembali.

"MINGGIR! MINGGIR!"

Bagai sebuah perintah dari atasan ke bawahan, semua yang mengerubungi Caroline langsung membuka jalan untuk Ken. Matanya menyalang kepada cewek ayng bernama Karin itu, yang menyengkat Caroline. Tentu saja Karin langsung takut ditatap seperti itu. Melihat tatapan datar Ken yang biasanya saja semua orang sudah takut. Ini lagi, tatapan marah Ken.

Amour Indicible [STOP]Where stories live. Discover now