sepuluh

27 2 0
                                    

Pagi ini benar-benar pagi yang cukup membuat Ken merasa kalau hari nya akan datang kesialan a.k.a kemalangan.

Bayangkan saja. Dia terlambat bangun, terus tersengkat selimutnya yang ada di lantai, saat mandi, showernya tiba-tiba mati hingga memaksanya untuk pergi ke kamar Jovan dan Jordan. Lalu sudah otomatis dia terlambat ke sekolah. Biasanya yang terlambat hanya akan dihukum berdiri di depan tiang bendera, tapi kali ini, disuruh cabutin rumput yang sudah panjang di lapangan. Kan, gila.

Belum lagi ulangan bahasa indonesia yang mendadak, buku tugas matematikanya yang tertinggal, hingga membuatnya lagi-lagi dihukum.

Kurang apes apa coba.

Hanya istirahat yang mampu menetralkan suasana hatinya. Karena dia bisa tidur.

"Ken."

Aduh, apalagi ini.

Ken bangun dari tidurnya, mengucek matanya dan menatap siapa yang udah berani mengganggu tidurnya.

Oh, kalo dia mah, digangguin terus juga gapapa.

Ken tersenyum dan menepuk tempat sebelahnya. "Ngapain?"

"Ngapain apaan?"

"Kesini."

"Ck. Ngomong gak bisa lebih panjang kali." Caroline mencebikkan bibirnya kesal.

Ken hampir saja terkekeh, kalau bukan karena ia tahan. Perempuan disampingnya ini sangat lucu. "Ngambek?"

"Mikir aje sendiri."

"Makan?" tanya Ken.

Caroline menggeleng, "belum."

"Makan." Kali ini, bukan lagi pertanyaan, tapi pernyataan, mungkin lebih ke perintah.

Lagi-lagi Caroline menggeleng. "Gak mau."

"Kenapa gak mau?"

"Kenyang."

Ken menghela nafasnya lelah. Ia menarik tangan Caroline mengikuti langkahnya. "Eh! Mau kemana ini?!"

"Diem."

Hanya satu kata, tapi mampu membuat Caroline diam.

Dan langkah mereka membawa mereka masuk ke dalam kantin.

Semua mata tertuju pada Ken. Sebuah keajaiban Ken mau masuk ke kantin. Karena dalam satu bulan, tidak-tidak. Dalam satu tahun ajaran, bisa dihitung berapa kali Ken ke kantin. Dan itupun biasanya kalau sudah benar-benar terpaksa.

Seperti saat ini. Dan saat kemarin itu.

"Duduk." Caroline menurut dan duduk di salah satu meja.

Sedangkan Ken pergi memesankan nasi dengan ayam goreng untuknya dan untuk Caroline.

Caroline melotot begitu melihat makanan yang disajikan oleh Ken. Berat tubuhnya bisa langsung naik ini. Apakah Ken sudah gila(?)

Ia menatap Ken penuh tanya. "Apa?"

Caroline menggeleng dan mendorong piring itu menjauh.

"Makan."

Caroline menggeleng lagi.

"Makan, Lin."

Caroline menggeleng. Terserah, tapi Caroline gak mau makan. Dia bisa bertambah gendut.

"Makan atau gue cium disini?"

Caroline melototi Ken yang dibalas wajah datarnya. Mencari-cari tanda tidak serius di wajah Ken, tapi yang ia dapati malah wajah serius tapi datar itu.

Amour Indicible [STOP]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon