lima

59 4 0
                                    

Caroline POV.

Oke. Aku tahu aku kayak anak-anak, Aku cemburu sama itu bule.

Kenapa itu bule bisa pergi bareng sama Ken, sedangkan aku engga. Kenapa Ken cuma ngelus rambut aku, kenapa dia engga narik tangan aku. Kenapa dia gak cemburu ngeliat aku jalan bareng sama Ben.

Sehabis ketemu Ken dan bule itu, hany itu yang terus berputa-putar di kepalaku.

"HAHHHHHH!!!!!!!"

Dagh!

Pintu kamar aku terbuka tiba-tiba, memuatku terkejut sampai hampir jatuh dari kasur.

"Miss. Miss, kenapa? Ada apa?"

Yaampun. Segitu gedenya apa suaraku? Sampe kedengeran ke bawah. Aku menggeleng dan mengusirnya pergi.

Kenapa Ken berkeliaran di dalam kepalaku. Astaga.

Ting!

From: Emma.

Caroline! Dn't frgt for ur phtshoot tdy. Dn't b lte 'gain. Ur mom will mad. And i'll be in trouble 'gain.

PS. aku jg akn diomeli Mama mu dan Lyla, ur manager, klo kau buat hal yg mcm" lgi. ayolah. bantu aku.

Melihat pesan dari asisten ku, membuat mood ku tambah buruk. Kulempar asal hapeku dan mendengus kesal. Benar-benar menyebalkan.

##

"One, two, three."

Click!

"One, two, three."

Click!

"There you are, sweetie. Break time for twenty minutes."

Jujur, cape. Berpose itu cape, lelah. Tapi aku harus melakukannya. Aku berjalan ke tempat duduk. Berbagai staff sudah mengelilingiku. Mulai dari menata kembali riasanku, memberiku air minum, menata ulang rambutku, bahkan ada yang mencarikan baju ganti untuk shoot selanjutnya.

"Caroline. Habis ini, kau mau kemana? Kalau Ryan mengajak makan siang, siapa tau kau mau."

Hah, Ryan. Ryan Dominic. Model pria yang menjadi partnershoot-ku saat ini. "Aku mau pulang."

Emma mengangguk, "Tapi tidak bisakah kita pergi makan dengannya sekali saja? Dia itu model yang paling ganteng saat ini, dan kalau paparazzi sampai mendapatkan foto kalian berdua, karir mu akan meledak."

Aku memelototkan mataku padanya dan menggeleng kuat. "Tidak akan pernah. Kau pergi saja menggantikan aku sana."

Emma mendengus kecil. "Mana mungkin dia mau."

Cewek satu ini. Lebih tua dua tahun dariku. Emma Leorado. Sebenarnya sudah lama dia naksir sama Ryan. Yah, umur mereka juga tidak terlalu jauh. Hanya terpaut beberapa bulan. Tapi Emma ini memang tidak berani bicara pada Ryan. Sedangkan si Ryan ini, selalu saja menggangguku. Tapi tatapan matanya bukan tertuju padaku, melainkan pada Emma.

Aku punya ide. "Ryan!"

Ryan menoleh kearahku sebentar dan berbincang lagi dengan assistant-nya. Tak lama ia berjalan kearahku dan Emma. Di sampingku, Emma sudah terlihat gugup. Maafkan aku, Emma. Ini demi kamu juga. "Ryan. You don't have any schedule after this shoot right? How about lunch?"

Ryan menggeleng. "Tidak ada. Serius?"

Aku mengangguk mantap. "Tapi kau pergi duluan saja dengan Em. Karena aku ada janji dulu sebentar," ujarku. "Noprob, Em?  Kau tau aku orang sibuk kan?" Bohong, bahkan habis ini aku saja bingung mau ngapain.

Amour Indicible [STOP]Where stories live. Discover now