#226

494 43 1
                                    

10 Agustus, 21:32.

Hari ini di sekolah, aku tak mampu mengenali Cameron. Dia tampak kelelahan. Kantong matanya menunjukkan rasa sakit yang dia coba untuk sembunyikan dari orang lain. Wajahnya tirus dan kosong. Matanya sama kosongnya, kehilangan kehidupan yang ada beberapa hari lalu, dan warna gelap di bawah matanya menunjukkan seberapa banyak tidur yang dia dapatkan semalam. Pakaiannya lungset dan tampak jelas bagiku melalui garis lurus di bibirnya, bahwa dia belum tersenyum sepanjang hari.

"Dia mengambilnya, S," Cameron berkata. "Ayah pergi ke rumahnya, tapi dia tidak ada. Tidak ada apa-apa di sana. Dia pergi begitu saja dengan T. Tanpa penjelasan, dia hanya pergi."

Aku melihat ke sekeliling. Orang berjalan ke kelas masing-masing. Beberapa menit kemudian, hanya ada kami di lorong itu.

"Kau membawa mobil?" aku bertanya, melihat ke sekitar untuk memastikan tidak ada siapa pun di dekat kami.

"Iya," katanya, mengeluarkan kunci dari kantongnya.

"Ayo, kita membolos," kataku, tersenyum.

"Aku tidak bisa, S. Tidak baik membolos," gumamnya, memandang ke lantai.

"Lupakan sekolah. Lihat dirimu. Kau tidak dalam keadaan yang baik untuk sekolah saat ini," aku memberitahu dia. Dia mengangguk lalu mengikutiku. Kami hampir ditangkap oleh Mr. Perkins, tapi tidak jadi.

"Aku menyetir," kataku.

"Kau tidak punya surat izin," balasnya dengan segera.

"Aku tahu cara menyetir," kataku dan duduk di belakang roda kemudi.

"Baiklah, jangan membunuh diri kita saja. Aku terlalu muda untuk mati," desahnya. Aku tertawa.

Aku membawa kami ke rumahku. Ibu dan ayah sudah pergi dan kami sendirian.

Kami akhirnya menghabiskan waktu meneriakkan lirik Girls Just Want To Have Fun dan memanggang beberapa brownies. Semua brownies itu gosong dan para tetangga muncul mengeluh tentang suara keras. Aku bilang kami pencuri yang mencuri tanaman. Aku tahu, sangat random, tapi aku tidak peduli. Mereka pulang dengan cemberut dan makian yang ditujukan pada kami.

Kami hanya tertawa. Kami berbincang tentang sandal bulu, matahari yang cerah, dan kami bahkan menyanyikan lagu ABC dari belakang. Sekitar pukul dua siang, ibu pulang. Dia marah karena kami membolos. Cameron sembunyi di kamarku dan menyelinap keluar melalui jendela. Tapi sekarang, aku dihukum tidak boleh keluar; tidak boleh menonton TV; dan aku harus mematikan lampu sebelum pukul sepuluh selama dua minggu.

Tapi semua ini bukan harga yang mahal dibandingkan apa yang telah kami alami hari ini.

Things I Could Never Tell You [Translation in Bahasa Indonesia]Where stories live. Discover now